Minggu, 31 Agustus 2025

Dimas Kanjeng Ditangkap

Pengacara Padepokan Dimas Kanjeng Ikut Tertipu Rp 35 Miliar, Ini Barang Buktinya

Daftar dugaan penipuan dengan modus penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi terus bertambah.

Editor: Mohamad Yoenus

Laporan Wartawan Surya, Anas Miftahudin 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -- Daftar dugaan penipuan dengan modus penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi terus bertambah.

Penasihat hukum padepokan Dimas Kanjeng, Muhamad Ali asal Kudus, Jateng turut tertipu senilai Rp 35 miliar.

Barang bukti uang dari berbagai negara yang diduga palsu itu diserahkan korban ke penyidik Ditreskrimum Polda Jatim sebanyak 3 koper dengan ukuran 60 x 80 cm.

Setelah koper dibuka berisi uang  pecahan dollar AS, Kanada, Real, India, Euro dan lainnya. Totalnya 118 bendel, masing-masing bendel berisi 1.000 lembar.

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol RP Argo Yuwono, menjelaskan dugaan penipuan itu berawal saat korban Muhamad Ali menjadi penasihat hukum padepokan.

Dari kedekatan yang ada, Taat Pribadi saat itu  melontarkan, jika padepokan (Taat) meminjam uang Rp 35 miliar untuk dipakai dana talangan.

Korban saat itu percaya karena yang ngomong langsung adalah Taat Pribadi.

Apalagi pemilik padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo dianggap sebagai orang berpengaruh. 

"Uang akhirnya diserahkan pada Taat Pribadi secara bertahap hingga totalnya Rp 35 miliar," jelas Kombes Argo.

Kenapa Taat meminjam uang untuk dana talangan?" tanya Surya. "Nanti akan dikembangkan dalam penyidikan kenapa sampai ada dana talangan," ujarnya.

Korban pun bertanya pada Taat, apa jaminan dari uang yang diserahkan. Lantas Taat pada tahun 2014 memberikan tiga koper berisi uang. Satu koper khusus berisi uang pecahan dollar AS diperbolehkan untuk dibuka. 

"Tapi yang dua koper tidak diperbolehkan dibuka menunggu sentuhan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Koper itu dikunci," jelas Kombes Argo.

Kapan dua koper itu diperbolehkan dibuka? "Ya menunggu perintah dari Taat," terangya.

Menurut Argo, koper berisi uang dollar AS yang boleh dibuka itu bagian atas dan bawah berisi pecahan 100 dollar AS.

Namun di bagian tengah isinya cuma 1 dollar AS. Total pecahan dollar AS sebanyak 42 bendel yang masing-masing bendel berisi 1.000 lembar.

"Versi dari pelapor, dari satu bendel uang itu diambil dua lembar, masing-masing pecahan 1 dollar AS dan 100 dollar AS. Uang dibawa ke money changer dan laku, kemudian dipakai belanja oleh korban," terangnya.

Setelah korban mendengar Dimas Kanjeng ditangkap karena diduga terlibat pembunuhan Ismail Hidayah dan Abdul Gani serta dilaporkan penipuan dengan modus penggandaan uang, korban memberanikan diri untuk membuka.

Ternyata di dua koper yang tidak boleh dibuka berisi pecahan uang Euro, Real, India dan lainnya.

Apakah uang dari berbagai negara yang ada itu palsu? Sayangnya Kombes Argo belum bisa memastikan.

"Nanti akan diuji tim ahli apakah itu asli atau palsu," katanya.

Yang menjadi agak aneh dalam pecahan uang yang ada, misalnya mata uang Euro dibungkus kertas cokelat dan dibungkus plastik.

Bungkusan uang tersebut ditulis dengan huruf cetak "Serve Bank of Eropa (Euro Fifty) Gudang 01&03 Jateng".

Begitu pula dengan pecahan mata uang negara lain juga ditulis serupa.

Diduga pecahan uang yang dibungkus kertas cokelat itu dicetak dan dibungkus oleh kaki tangan Taat.

Meski demikian, penyidik belum berani memastikan uang tersebut palsu.

Kertas yang dipakai untuk mencetak uang seperti kertas HVS, karena saat ditarik mudah robek dan saat diremas mudah lusuh.

Sementara Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) pusat, Lilik Pintauli Siregar yang ikut dalam rilis barang bukti, menjelaskan pihaknya telah memback up para korban penipuan.

Selama ini, LPSK mendampingi 14 korban baik di Mabes Polri dan Polda Jatim.

"Intinya, kami mendampingi korban supaya dapat mendapatkan perlindungan hukum sesusai dengan kaidah hukum yang berlaku. Yang paling penting kami memastikan tidak ada kekerasan dan intimidasi dari pihak manapun," ujar Lilik.

Selama mendampingi korban penipuan ini, korban merasa takut dengan ancaman orang suruhan Taat Pribadi. Salah satunya adalah tewasnya Ismail Hidayah dan Abdul Gani. Para korban trauma dan takut bertemu. (*)

Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan