Sabtu, 23 Agustus 2025

Unboxing Kado dari Pemerintah: Menjajal Cek Kesehatan Gratis, Anugerah atau Sekadar Gimmick Semata?

CKG bisa dijadikan sebagai pilot program dengan harapan program ini akan terus berlanjut dengan cakupan yang lebih luas dan kualitas layanan yang sema

Editor: Content Writer
Tribunnews.com/Rina Ayu
ILUSTRASI CEK KESEHATAN GRATIS. Sebanyak 1.028.070 orang menjadi peserta program Cek Kesehatan Gratis (CKG), dalam kurun waktu 10 Februari hingga 19 Maret 2025. Angka ini berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 20 Maret 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - Cek kesehatan gratis (CKG) kini menjadi cara unik Pemerintah untuk memberikan kado ulang tahun bagi seluruh warga +62 yang tengah bertambah usia.

Melansir Kompas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kado manis dari pemerintah ini merupakan upaya deteksi dini penyakit dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. 

Untuk mendukung kelangsungan program ini, Pemerintah menggelontorkan Rp4,7 Triliun untuk 280 juta masyarakat Indonesia yang bernotabene menjadi penerima manfaat. Wah, anggarannya enggak main-main, ya.

Namun, dengan bujet sebesar itu, apakah program ini benar-benar menjadi kado ulang tahun yang berharga atau hanya sekadar gimmick?

Guna mengetahui jawabannya, tim Tribunnews yang tengah berulang tahun di bulan Maret ini, mencoba langsung layanan CKG di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan.

Untuk proses pendaftarannya, bisa dibilang cukup sederhana, ya. Selain bisa mendatangi langsung fasilitas kesehatan terdekat, registrasi juga bisa dilakukan dengan mengakses aplikasi SatuSehat. Cukup mengisi data diri dan memilih lokasi CKG, maka terbitlah e-tiket yang menandakan proses registrasi berhasil.

Keesokan harinya, fasilitas kesehatan terkait akan mengonfirmasi kehadiran kita via WhatsApp dan mengingatkan peserta untuk mengisi skrining mandiri. 

Untuk diketahui, CKG dibagi berdasarkan usia peserta. Makin tua usia peserta, maka pemeriksaan kesehatan pun akan makin lengkap.

Peserta berusia di bawah 40 tahun biasanya hanya menjalani pemeriksaan dasar, seperti pengukuran tekanan darah, indeks massa tubuh (IMT), pemeriksaan mata dan gigi, serta tes gula darah puasa. Terkait pemeriksaan gula darah, peserta akan dianjurkan untuk menjalankan puasa 8-10 jam.

Sementara itu, bagi peserta berusia 40 tahun ke atas, cakupan pemeriksaan lebih luas dengan tambahan deteksi gangguan paru dan kanker.

Baca juga: Cek Kesehatan Gratis untuk Mitra Ojol Diharapkan Dapat Tingkatkan Produktivitas

Sentuhan nasionalisme dalam rangkaian pemeriksaan

Saat hari pemeriksaan, tak terlihat antrean panjang di puskesmas yang kami kunjungi. Setibanya di pintu masuk, petugas keamanan langsung memberikan nomor antrean dan merujuk kami untuk langsung menuju ke Poli Anggrek. 

Tampaknya Puskesmas Pamulang menyediakan satu poli khusus yang digunakan untuk CKG. Hal ini patut diapresiasi karena peserta CKG terpisah dengan pasien lain yang membutuhkan perawatan medis lebih mendesak.

Kami tiba di poli pukul 08.00, dengan hanya empat orang yang sedang mengantre Suasana pun cukup lenggang. Setelah menunggu sekitar 20 menit, pasien pertama mulai dipanggil, sementara petugas memastikan setiap peserta telah mengisi skrining mandiri di aplikasi.

Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya giliran kami tiba. Begitu masuk ke ruang poli, petugas kesehatan langsung memeriksa tinggi badan, berat badan, tekanan darah, dan rekam jantung. Setelah itu, kami dirujuk ke laboratorium untuk menjalani tes darah.

Tepat pukul 10.00, pengunjung puskesmas dikejutkan dengan staf puskesmas yang mengajak semua pengunjung yang hadir menyanyikan lagu Indonesia Raya melalui pengeras suara. Sontak para pengunjung berdiri dengan latar lagu kebangsaan yang berkumandang. Sebuah nuansa nasionalisme yang cukup unik di tengah antrean pemeriksaan kesehatan.

Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan ke poli gigi. Pada tahap ini tidak ada tindakan medis yang diberikan, hanya pengecekan kondisi gigi dan merekomendasikan perawatan lebih lanjut jika dibutuhkan. 

Pukul 12.00, kami kembali ke laboratorium untuk tes gula darah setelah makan, lalu membawa hasilnya ke Poli CKG. Kemudian, petugas kesehatan membacakan hasil pemeriksaan sekaligus memberikan rekomendasi berdasarkan hasil pemeriksaan yang kita peroleh. Hasil pemeriksaan pun bisa diakses langsung lewat aplikasi SatuSehat secara real-time. Fitur yang cukup inovatif dan layak diapresiasi.

Memuaskan tapi bukan tanpa keterbatasan

Secara keseluruhan, rangkaian pemeriksaan dalam program Cek Kesehatan Gratis ini memberikan pengalaman yang cukup memuaskan untuk ukuran layanan publik yang bebas biaya. Proses registrasi yang mudah, antrean tidak mengular, dan prosesnya cukup jelas.

Meski begitu, kita harus tetap menjaga ekspektasi, sebab program ini bukanlah medical check-up (MCU) ala rumah sakit swasta dengan peralatan medis yang canggih dan pelayanan premium.

Keterbatasan alat dan tenaga medis, dan faskes yang belum merata di seluruh penjuru Nusantara, bisa menjadi tantangan bagi pemerintah ke depannya.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, CKG merupakan langkah positif dalam pemerataan akses kesehatan serta upaya preventif untuk mendeteksi penyakit sejak dini.

Masyarakat perlu memahami bahwa layanan MCU yang lengkap dan komprehensif membutuhkan sumber daya yang besar dan merata. Untuk saat ini, CKG bisa dijadikan sebagai pilot program dengan harapan program ini akan terus berlanjut dengan cakupan yang lebih luas dan kualitas layanan yang semakin baik.

Penulis: Vincentius Haru | Editor: Yosephin Pasaribu

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan