Jumat, 12 September 2025

Pesawat Sukhoi Jatuh

Orangtua Pramugari Sky Aviation Berharap Dewi Masih Hidup

Hari keenam pascajatuhnya pesawat Sukhoi Superjet100 di Gunung Salak, tim gabungan evakuasi terus bekerja.

Penulis: Y Gustaman
Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Orangtua Pramugari Sky Aviation Berharap Dewi Masih Hidup
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Paskhas TNI AU membawa kantong jenazah berisi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Sabtu (12/5/2012). Jenazah korban langsung dibawa ke RS Polri Kramatjati untuk dilakukan identifikasi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yogi Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Hari keenam pascajatuhnya pesawat Sukhoi Superjet100 di Gunung Salak, tim gabungan evakuasi terus bekerja.

Keluarga tak kalah menantikan adanya harapan hidup dari anggota keluarga mereka yang masuk dalam daftar penumpang demo terbang (joy flight) pesawat buatan Rusia itu.

Cucu Mariani dan Sidup Usman adalah sekian dari orangtua penumpang yang mengharapkan keajaiban dari peristiwa naas tersebut.

Ditemui di rumahnya di Cirendeu, Tangerang Selatan, Cucu tak henti-hentinya menghibur diri dengan berpikiran positif, puteri sulungnya Dewi Mutiara Intan, masih hidup.

Intan, panggilan akrab keluarga, adalah pramugari Sky Aviation yang ikut demo flight. Belum lama Intan bergabung dalam maskapai ini.

Sebelumnya, perempuan lulusan SMIP ini bekerja sebagai pramugari Lion Air. Sejak tamat dari SMIP, Intan sudah memantapkan diri memilih jalan hidup sebagai pramugari.

Peristiwa kelam Rabu sore itu, mendadak seluruh keluarga kaget. Jalan satu-satunya memastikan kabar Intan, orangtua dan keluarganya langsung mendatangi pos-pos yang menjadi lokasi pencarian pesawat.

Awalnya mereka langsung meluncur ke Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Salah satu warga melihat pesawat terbang rendah.

Keluarga yang datang sampai dua mobil langsung menuju ke pos atas. Tapi, mereka turun lagi ke bawah setelah mendapat kepastian bahwa pos terdekat dari lokasi kejadian berada di daerah lain, Cidahu.

Mereka bertahan di pos tersebut dari Kamis dini hari sampai sore. Setelah tak ada perkembangan berarti, mereka balik ke rumah.

Mustajab, paman Dewi, menuturkan, sebagian keluarga akhirnya memilih ke Lanud Halim Perdana Kusuma karena ada pesan agar menyerahkan riwayat kesehatan penumpang, tanda pengenal atau lainnya untuk keperluan identifikasi oleh Tim Disaster Victim Identivication Indonesia.

Cucu yang sempat Tribun temui terlihat lelah. Ia mengaku lebih memilih menunggu kabar di rumah saja.

Karena, beberapa kali ke Halim dan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, tempat identifikasi, tak mendapatkan informasi apa-apa.

Apalagi setelah mendengar proses identifikasi bisa tiga pekan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan