Jumat, 5 September 2025

Panglima TNI Harusnya Malu, Anak Buahnya Pukul Wartawan

Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan mengaku miris dengan

Penulis: Y Gustaman
Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Panglima TNI Harusnya Malu, Anak Buahnya Pukul Wartawan
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Sejumlah wartawan dari media cetak dan elektronik yang tergabung dalam Koalisi Jurnalis Anti Kekerasan berunjukrasa di sekitar Bundaran HI Jakarta Pusat, Rabu (30/5/2012). Mereka memprotes tindak kekerasan terhadap sejumlah jurnalis oleh oknum Marinir di Padang Sumatera Barat.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yogi Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan mengaku miris dengan aksi kekerasan beberapa anggota TNI AL pada media yang meliput pembongkaran tempat mesum di kawasan Pantai Bungus, Padang, pada Selasa (29/5/2012).

Padahal, kebebasan pers Tanah Air yang tercipta sejak era reformasi tak bisa lepas dari peran Letnan Jenderal TNI (Purn) Yunus Yosfiah, saat jadi Menteri Penerangan (1998-1999).

Tapi upayanya, ternyata sulit dipahami institusi TNI sehingga kasus kekerasan aparat masih terjadi.

“Harusnya Panglima TNI malu dengan kejadian tersebut, apalagi kasusnya di lokasi tidak terhormat yang dimusuhi masyarakat,” ujar
Syahganda kepada Tribunnews.com di Jakarta, Jumat (1/6/2012).

Menurutnya, institusi dan aparat TNI seharusnya menjadikan wartawan sebagai sahabat yang memiliki kebebasan pekerjaan jurnalistik di masyarakat.

Lebih lagi, hadirnya sejarah pers bebas pascapemerintahan rezim Soeharto justru dimulai tokoh yang dibesarkan institusinya.

Saat ini bukan lagi masanya untuk TNI menghalang-halangi tugas wartawan, karena hal itu akan merugikan wibawa sekaligus profesionalisme TNI.

Kasus kekerasan juga dapat merendahkan citra TNI di tengah masyarakat selain berakibat tuntutan hukum.

“TNI tidak perlu khawatir atau bahkan takut dengan wartawan, sebaliknya TNI harus menjaga dinamika kebebasan pers sebagai wujud kebanggaan yang dimulai oleh pendahulunya,” ujarnya.

Ia menambahkan, tugas-tugas TNI seperti dalam tragedi bencana baik kemanusiaan dan alam mendapat peliputan yang sangat baik dari wartawan.

Sehingga membuat publik menaruh simpatik kepada TNI. Seperti penanganan korban Tsunami Aceh dan kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

“Nah, apakah pimpinan TNI melupakan peran wartawan yang begitu obyektif dalam menghargai kerja keras anggotanya melalui pemberitaan,” tanya Syahganda.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan