Panglima TNI : Sulit Merubah Budaya Timika
Pihaknya mengaku kesulitan dalam merubah budaya tersebut
Editor:
Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Jogya/ M Huda
TRIBUNNEWS.COM MAGELANG, - Panglima TNI LaksamanaTNI Agus Suhartono menilai bentrok dua kelompok warga di Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Timika, Papua, Kamis,( 12/7/2012) lalu hingga menewaskan tiga orang penduduk, dikarenakan budaya yang sudah mengakar di wilayah tersebut. Pihaknya mengaku kesulitan dalam merubah budaya tersebut. Dalam budaya mereka, bila ada salah satu anggota kelompok tewas, maka kelompok lain juga harus ada yang tewas.
“Ini memang sudah budaya mereka, sehingga untuk menggeser budaya itu diperlukan peran tokoh masyarakat, tokoh agama, pers, TNI, Polri," kata Panglima usai menghadiri upacara Prasetya Perwira Abituren Dikma PA PK TNI tahun ajaran 2012 di Lapangan Sapta Marga, Akmil Magelang, Jumat (13/7). Dalam pelantikan tersebut, sebanyak 127 perwira telah diambil sumpahnya.
Panglima mengatakan, TNI sudah berupaya melakukan pendekatan secara persuasif terhadap masyarakat melalui kegiatan Bakti TNI. "Namun tidak mudah merubah budaya masyarakat yang sudah mengakar," katanya.
Menurutnya, insiden bentrok dua kelompok ini dipicu masalah Pilkada. Selama aturan pilkada masih seperti ini, maka situasi memanas akan terus terjadi. “Ada pemberontakan senjata pada prajurit kita dan masih ada senjata-senjata yang digunakan oleh masyarakat,” ungkapnya.
Menyinggung soal Alutsista, Panglima berjanji pada ulang tahun TNI 2014 di Surabaya, maka alat-alat persenjataan TNI yang lebih canggih sudah tersedia. Program Alutsista 2010 telah dipercepat, sehingga tahun 2014 sudah selesai. Fokus hampir pada tiga matra (darat, laut, udara) dan dilaksanakan secara bersama-sama. Seperti untuk TNI AD membeli tank, helikopter serta senjata multi laras dan pesawat tempur.
Sementara itu, dalam sambutan prasetya perwira Dikma PK, Panglima mengingatkan bahwa keberhasilan yang dicapai saat ini baru merupakan langkah awal dari pengabdian panjang para perwira kepada bangsa dan negara.
Karenanya, dalam upaya meningkatkan profesionalisme sebagai prajurit karier, para perwira dituntut senantiasa belajar dan berlatih guna meningkatkan kapasitas, kapabilitas, integritas serta kesamaptaan jasmani yang prima, agar senantiasa dalam kondisi siap sedia menghadapi tantangan tugas kedepan.
Para perwira setelah dilantik menyandang dua predikat yang tidak dapat dipisahkan yakni perwira sekaligus prajurit karier TNI. "Sebagai perwira kalian terikat pada kode etik perwira yakni Budhi bhakti Wira Utama yang merupakan perwujudan tekad pengabdian dan nilai moral yang harus dihayati dan dilaksanakan," tegasnya.
Sedang sebagai prajurit karier, para perwira dihadapkan pada tantangan untuk berkarier lebih tinggi lagi. Karena jenjang karier keprajuritan terbuka luas untuk setiap perwira prajurit karier.
Di bagian lain Panglima mengakui, jumlah prajurit perempuan masih lebih sedikit dibanding laki-laki. Hal ini karena tugas di lapangan lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. "Namun jumlah prajurit perempuan tetap proporsional," kata Panglima.(had)