Kamis, 6 November 2025

Kelurahan Cimahi 100 Persen Rawan Kebakaran

Kondisi Kota Cimahi yang sangat kecil dan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi berdampak

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Kelurahan Cimahi 100 Persen Rawan Kebakaran
Tribun Jogja/M Nur Huda
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, CIMAHI - Kondisi Kota Cimahi yang sangat kecil dan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi berdampak terhadap tingginya risiko kebakaran. Saat terjadi kebakaran, penanganannya pun akan sulit dilakukan.

Hal itu diungkapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Cimahi, Ogi Mardiyanto. Menurut Ogi, hampir semua wilayah Cimahi rentan terhadap bahaya kebakaran. Di antara tiga kecamatan di Cimahi, menurut Ogi, Kelurahan Cimahi di Kecamatan Cimahi Tengah seluruhnya rawan kebakaran. "Kalau dipersentasekan, mencapai 100 persen rawan," kata Ogi, akhir pekan lalu.

Parahnya, hampir semua hidran di Kota Cimahi tidak berfungsi baik. Disebutkan Ogi, Kota Cimahi memiliki lima unit hidran, tapi tekanan dan debit airnya rendah. "Dengan tingkat debit dan tekanan air rendah, jelas kami tidak bisa mengandalkan air dari hidran-hidran itu," ujarnya.

Dengan kondisi hidran yang tidak optimal, kata Ogi, pihaknya sering mengalami kesulitan saat melakukan upaya memadamkan kebakaran. Petugas kerap dengan terpaksa mengambil alternatif lain seperti menyedot air dari selokan yang dibendung, mengambil air dari kolam ikan di Lapangan Brigif, dan bahkan hingga air di kolam renang umum Ciawitali.

Mengenai tingkat kesulitan pemadaman kebakaran di tiga kecamatan, Kecamatan Cimahi Selatan, yang terdiri atas 115 RW, 87 RW memiliki persentase kesulitan sebesar 76 persen; Kecamatan Cimahi Tengah, yang terdiri atas 110 RW, 59 RW sebesar 53 persen; dan Kecamatan Cimahi Utara, yang terdiri atas 87 RW, 39 RW sekitar 44 persen.

"Tingkat kerawanan paling tinggi ada di Kecamatan Cimahi Selatan yang merupakan kawasan industri. Di sana, selain sumber air sangat minim, penduduknya juga sangat padat," katanya.

Di Kabupaten Bandung, baru sekitar 40 persen dari sembilan pasar tradisional yang memiliki alat pemadam api ringan (apar) yang memadai. Pasar yang lain dinilai belum laik. Rencananya, tahun ini keamanan kebakaran mulai dioptimalkan.

Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bandung, Bambang Budi Raharjo, mengatakan, sekitar 60 persen dari sembilan pasar memang belum laik pengamanan untuk mengantisipasi adanya kebakaran.

"Rencananya tahun ini kami benahi dari anggaran bantuan gubernur. Yang jelas sudah ada. Memang untuk apar dan mengantisipasi kebakaran belum maksimal," katanya kepada Tribun di Soreang, kemarin siang.

Idealnya, kata Bambang, satu lorong di pasar memiliki satu alat pemadam api. Namun yang ada saat ini, kalau dihitung berdasarkan jumlah kios, alat pemadaman api belum maksimal.

"Angka anggarannya berapa, saya lupa. Tapi kita lihat nanti kebutuhannya. Kami sudah melakukan pengecekan tentang pengamanan pemadaman api itu. Memang idealnya satu lorong atau setiap lorong ada alat pemadaman api," ujarnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved