Kain Jumputan Tak Kalah Menarik Dengan Batik dan Tenun
Kain jumputan mungkin kalah familiar jika dibandingkan kain batik dan kain tenun. Apa sih menariknya kain jumputan?
Editor:
Anita K Wardhani

Laporan Reporter Tribun Jogja, Theresia T. Andayani
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Kain jumputan mungkin kalah familiar jika dibandingkan kain batik dan kain tenun. Apa sih menariknya kain jumputan?
Kain motif jumputan ini sudah mulai dipopulerkan era 1990an oleh desainer Ghea Panggabean. Perbedaan antara kain jumputan dengan kain batik dan kain tenun ada pada proses pembuatan kain jumputan.
Designer APPMI Daerah Istimewa Yogyakarta Amin Hendra Wijaya mengatakan sejarah kain jumputan pertam kali berasal dari Sumatra dan Jawa. Kalau di Sumatra berada di Palembang dan Bengkulu yang muncul karena pengaruh budaya China. Kalau di Jawa, kain jumputan menjadi bagian dari unsur kain tradisi seperti batik serta lurik.
"Di Jawa, ada unsur kain tradisi seperti lurik, batik juga jumputan, biasanya digunakan untuk siraman," jelas Amin akhir pekan tadi saat pameran kain jumputan tujuh desainer APPMI DIY.
Sugeng Waskito, project officer, Mini Fashion Show 9 Desainer APPMI Yogyakarta mengatakan jumputan merupakan salah satu cara pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat kain. Lalu baru dilakukan proses pencelupan (dyeing), makanya jumputan sering juga disebut dengan teknik tie dye. Proses membuat kain jumputan tidak sesulit seperti membuat kain batik atau kain tenun yang memerlukan waktu pembuatan kain yang lama.
"Proses pembuatan kain jumputan tidak sulit, hanya mengikat kain dan pencelupan pada zat warna maka akan tercipta kain motif jumputan," kata Sugeng.
Sugeng kali ini menampilkan rancangan busana muslim jumputan dari kain kaftan. Ia mengikat atau menarik kain jumputannya. Sugeng menampilkan sack dress casual tanpa lengan, model u can see. "Kain motif jumputan bisa dibuat daster, kaos oblong, baju muslim, jilbab dan banyak lagi," ucapnya.
Amin menjelaskan prosesnya lebih lanjut, proses membuat jumputan pertama kali dengan cara mengisi kain, melipat kain dan mengikat kain dengan cara tertentu. Kain yang bisa digunakan utnuk membuat motif jumputan dari bahan katun atau sutra. Di dalam kain jumputan bisa ditampilkan tekstur motif dari berbagai material misalnya dari biji-bijian, batu-batuan dan kayu. "Terserah saja untuk isinya, karena itu yang bikin tekstur dari jumputan itu sendiri. Untuk pewarnaannya bisa dengan warna sintetis dan warna alam," terang pemilik butik NH3 ini.
Lalu setelah itu diisi bisa langsung ditali pakai benang, karet, atau kawat. Prosesnya pun tidak terlalu lama cuma lima menit aja. Selain katun dan sutra juga bisa menggunakan bahan kaos atau combat, yang biasanya untuk bahan busana muslim.
Menurut Amin, siapapun bisa membuat kain motif jumputan. Tinggal menyediakan warna, ditali, sudah jadi. Kemudian kita bisa membuat ekspresi apa saja untuk membuat tekstur dalam kain jumputan. Gampangnya lagi, pewarnaan untuk kain jumputan sama dengan kain batik, demikian pula dengan perawatannya. "Gampang sekali membuatnya, siapapun bisa berekspresi," terang Amin. ungkin, ia dapat memenuhi keinginannya lebih dari ekspektasinya sendiri.