Selasa, 7 Oktober 2025

Petani Nekat Terobos Radius Bahaya

Mereka nekat berladang di radius bahaya karena takut merugi akibat tanaman kentang mati.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Petani Nekat Terobos Radius Bahaya
ANT
Kawah Timbang

*Kerugian Pertanian Belum Dihitung

TRIBUNNEWS.COM  BANJARNEGARA,- Larangan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung tentang radius bahaya 500 meter dari pusat hembusan gas beracun Kawah Timbang sering dilanggar para petani. Mereka nekat berladang di radius bahaya karena takut merugi akibat tanaman kentang mati.

Segelintir petani nekat meladang saat menjelang siang. Mereka masuk ke ladang di radius bahaya melalui jalan dusun Simbar yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari pusat hembusan gas beracun di Kawah Timbang Desa Sumberejo. Relawan dan petugas sudah memperingatkan aksi nekat petani namun tak diindahkan.

Biasanya petani tak berani meladang saat cuaca berkabut, mendung atau pagi hari. Mereka berani meladang ketika matahari sudah terang dan jarak luncur uap air gas CO2 dan H2S sudah mulai hilang.

Seorang petani, Sunarjo (35) beralasan bila tak dirawat tanaman kentaang akan terbengkelai dan akhirnya mati. Pada akhirnya petani akan merugi.

"Kalau tak diairi dan disemprot obat hama tanaman kentang bisa mati," kata Sunarjo warga Dusun Simbar yang memiliki lahan kentang di punggungan bukit sekitar kawah.

Petani itu mengaku sudah tahu risiko berladang di radius bahaya. Namun kata dia, dirinya masih merasa aman karena lokasi ladang tidak berada di sisi selatan atau lembah yang dilalui luncuran uap air.

"Kami tak berani ke ladang kalau pagi atau mendung. Meski nekat kami tetap memperhitungkan kondisi. Kalau uap air menghilang saat menjelang siang kami biasanya ke ladang," lanjutnya.

Kepala Desa Sumberejo, Ibrahim mengatakan kesulitan mencegah ulah petani yang nekat meladang di zona bahaya. Kata dia, bertanam kentang merupakan mata pencaharian warga setempat.

"Warga sadar risiko bahaya tapi juga tak mau menderita kerugian dari tanaman kentang mereka bila tidak dirawat. Mereka nekat tapi memperhitungkan kondisi. Ini sulit dicegah tapi terus kami sosialisasikan bahayanya," kata Ibrahim.

Lanjutnya, di sekitar kawah ada puluhan hektare tanaman kentang dan sayuran warga. Akibat bencana ini, ia memperkirakan banyak petani yang merugi.

"Total berapa kerugiannya belum ada laporannya. Yang jelas kalau gas ini masih ngowong (keluar,Red) dalam waktu lama tentu ini merepotkan petani dan warga setempat," lanjutnya.

Pengamatan visual

Saat ini, gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang sudah memasuki hari ke-15 status Waspada (level II). Hingga kini, petugas Posko Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng di Desa Karangtengah, Batur serta puluhan relawan yang dikoordinir Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara masih melakukan pengamatan dan bersiaga.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved