Tangis Warga Jepang Memperingati 30 Tahun Kecelakaan JAL
Banyak yang menangis saat perayaan walaupun kecelakaan telah berlangsung 30 tahun yang lalu.
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Telah 30 tahun kecelakaan pesawat terbang Japan Airlines (JAL) terbesar dalam sejarah, meninggal 520 orang.
Sore ini tepat jam 18:56 saat kecelakaan tersebut, diperingati ke-30 kali di kaki gunung Osutaka desa Uenomura perfektur Gunma, di muka monumen peringatan kecelakaan berbentuk piramida, dikelilingi lilin sebanyak 520 lambang 520 jiwa yang meninggal akibat kecelakaan tersebut.
"Saya sudah berusaia 80 tahun saat ini tetap ingat anak saya yang meninggal 30 tahun lalu. Saya tak tahu bagamana keadaan dia saat ini tetapi saya telah berubah setelah 30 tahun. Mungkin tahun depan saya tak bisa ke gunung ini lagi karena sudah tua," ungkap seorang ibu yang masih sangat sedih memperingati 30 tahun meninggal anaknya yang ikut dalam pesawat JAL tersebut.
Banyak yang menangis saat perayaan walaupun kecelakaan telah berlangsung 30 tahun yang lalu.
Sore ini 106 keluarga, sebanyak 406 orang hadir memperingati kecelakaan tersebut.
Pihak JAL hingga kini tetap membantah tidak tahu adanya tanda-tanda aneh sebelum terjadinya kecelakaan.
Namun seorang mantan pilot JAL kepada NHK TV mengungkapkan bahwa dia melihat adanya keganjilan bahan bakar Boeing Jumbo tersebut sebelum kecelakaan.
"Saya lihat banyak pakai avtur, tapi tak tahu apakah karena pesawat jadi tua atau apakah pesawat settingnya diubah. Setelah saya lapor ke bagian perbaikan mereka hanya menjawab tak usah takut karena jumlah cadangan avtur cukup banyak untuk pesawat tersebut. Sayang sekali, mestinya bisa diteliti lebih lanjut mesin JAL tersebut, tapi saya bukan ahlinya sih," ujar Iijima Hiroshi yang kini menjadi pengajar sekolah pilot di Jepang.