Kamis, 18 September 2025

Mengaku Ingin Pelajari ISIS, Dua WNI Ditahan di Jepang

Dua warga negara Indonesia (WNI), Deni Daniel (49) dan adiknya Irfan Arizal (31) mengaku hanya ingin belajar mengenai Al-Qaeda

Editor: Sanusi
Richard Susilo
Barang-barang yang diperdagangkan oleh Deni Daniel (49)dan adiknya Irfan Arizal (31) 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dua warga negara Indonesia (WNI), Deni Daniel (49) dan adiknya Irfan Arizal (31) mengaku hanya ingin belajar mengenai Al-Qaeda dan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), tidak lebih dari itu. Dua bersaudara tersebut kaget bukan kepalang ketika dijebloskan ke tahanan.

"Saat ditangkap memang polisi Jepang menyita semua barang bukti termasuk komputer saya dan hard disk-nya," papar Deni, Minggu (20/12/2015).

Polisi menemukan berbagai situs Islam baik Al-Qaeda maupun ISIS yang diakses oleh Deni, bahkan juga polisi menemukan 11 video cara pembuatan bom.

(Baca Juga: Selama Ditahan di Jepang, Dua WNI Hanya Boleh Mandi Lima Hari Sekali)

Polisi mencurigai kedua WNI ini apalagi Deni dengan barang buktinya dan situs-situs Islam tersebut, dicurigai mereka ada keterkaitan dengan Al-Qaeda atau pun ISIS.

"Benar itu saya lakukan mengakses situs Al-Qaeda dan ISIS, termasuk video-video saya download dari berbagai situs mengenai pembuatan bom, cuma mau tahu saja. Itu pun belum sempat saya lihat karena belum sempat," paparnya.

Keingintahuan Deni menurutnya hanya sekedar untuk belajar saja.
"Kalau kita ingin tahu sebuah organisasi bagus atau tidak kan kita harus pelajari semuanya dulu mengenai mereka. Ternyata setelah saya pelajari, organisasi tersebut tampaknya ada yang melenceng dari ajaran agama yang saya peluk tampaknya. Itulah sebabnya saya pelajari semua mengenai mereka, supaya bisa tahu itu organisasi yang benar atau tidak," jelasnya.

Masalah keterkaitan ISIS ini diakuinya cukup berat sehingga sedikitnya selama enam hari dari dan 8 pagi hingga jam 7 malam Deni dicecar terus dengan keterkaitannya dia dengan ISIS atau Al-Qaeda oleh polisi Jepang dengan berbagai pertanyaan.

"Polisi Jepang katakan akan menghubungi polisi Indonesia mengecek apakah barang-barang yang dikirim saya itu jatuh ke pihak Jemaah Islamiyah Indonesia atau ISIS di Indonesia tidak. Mereka juga tanya apakah telah selidiki siapa pembelinya dan sebagainya."

Deni mengakui telah menyelidiki pembelinya sepanjang lewat internet saja tidak sampai terlalu detil.

"Saya pun beli dari penjual, mereka juga tidak tanya detail macam-macam ke saya kok, penjual juga tidak tahu saya rasanya," katanya lagi.

Sementara keterkaitan Irfan karena Deni mengakui tak mengerti transfer online sedangkan adiknya Irfan telah tahu dan telah melakukan hal tersebut, sehingga transfer uang untuk pembelian selalu dilakukan Irfan ke penjualnya. Sedangkan pengiriman barang dilakukan Deni melalui kantor pos menggunakan EMS (Express Mail Service) ke Indonesia semua.

Dalam interogasi 6 hari tersebut, Deni mengatakan akhirnya mengajarkan juga mengenai Islam kepada polisi Jepang karena mereka juga bertanya mengenai Islam. "Ya polisi Jepang malah belajar Islam dari saya karena banyak bertanya mengenai Islam, ya saya kasih tahu semua. Mereka baik semua dalam menghadapi saya tak ada gebrak meja atau kasar lainnya. Semua baik kok," paparnya.

Pengalaman sangat berharga baginya berada di tahanan kepolisian Jepang selama 20 hari, "Sebenarnya polisi mau menahan hingga 10 hari entah mengapa pihak kejaksaan Jepang tampaknya minta tambah 10 hari lagi sehingga menjadi 20 hari ditahan," jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan