Jutaan Jiwa Warga Jepang Ketergantungan Biaya Hidup kepada Orangtua
Kaum pengangguran di Jepang mencapai angka jutaan dari jumlah penduduk di Jepang sekitar 120 juta jiwa saat ini.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kaum pengangguran di Jepang dan bahkan yang selalu menerima uang dari orangtua (disebut Niito) untuk kehidupannya mencapai angka jutaan dari jumlah penduduk di Jepang sekitar 120 juta jiwa saat ini.
"Banyak sekali Niito di Jepang saat ini dan jumlahnya mencapai jutaan jiwa sesuai data yang ada," ungkap sumber Tribunnews.com dari Kementerian Tenaga Kerja Jepang, Selasa (4/7/2017).
Data Kementerian Tenaga Kerja Jepang mencantumkan angka 570.000 orang anak muda antara 15 sampai 34 tahun yang uang kehidupannya bergantung dari orangtua.
"Setiap bulan mereka dapat uang kiriman dari orangtuanya supaya bisa hidup, meskipun orangtuanya tahu anaknya sudah dewasa sekali pun, tetapi mereka tidak bekerja, di rumah saja entah tak diketahui apa yang dilakukannya," kata dia.
Jumlah tersebut ternyata masih sedikit dibandingkan orang yang berusia di atas usia tersebut.
Baca: Kesaksian Warga: Helikopter Hampir Tabrak Kubah Masjid Sebelum Hilang di Tengah Tebalnya Kabut
Data orang yang berusia 35 tahun hingga 59 tahun yang dianggap Niito oleh Kementerian Tenaga Kerja Jepang karena masih tergantung orangtua biaya kehidupannya ternyata mencapai 1,23 juta orang.
Apabila dijumlah maka jumlah orang yang masih terus menerima uang kehidupan setiap bulannya dari orangtua hingga usia 59 tahun dari usia 15 tahun saat ini diperkirakan mencapai 2 juta orang atau seperenam puluh dari jumlah populasi Jepang saat ini.
Seorang konsultan mengenai persoalan Niito, Futagami Nouki (74) menyarankan agar orangtua berkonsultasi dengan pihak ketiga, lalu bicara dengan anaknya bersama pihak ketiga agar memberikan waktu pemberian uang bulanan tersebut.
"Orangtua juga punya kehidupan tak bisa diikat terus ke anaknya, jadi harus memberikan batas waktu kapan uang biaya kehidupan diputus, tak bisa selamanya ini menyusahkan semua pihak," kata Futagami.