Gejolak Rupiah
ISKA Sebut Indonesia dalam Kondisi Darurat Ekonomi Jika Dolar Sentuh Rp 13.250
Focus Group Discussion yang dihelat ISKA menggambarkan kondisi yang terjadi jika dolar menyentuh Rp 13.250.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Focus Group Discussion (FGD) “Economy & Politic Outlook 2015” yang dihelat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) di Jakarta, Kamis kemarin menggambarkan kondisi yang terjadi jika dolar menyentuh Rp 13.250.
Dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Jumat (19/12/2014), Ketum Presidium Pusat ISKA, Muliawan Margadana, bersama para dewan pakar termasuk di antaranya; Adrianus Meliala, Charles Mangun, budayawan Eka Budianta, Titus Sarijanto serta beberapa politisi yang terlibat dalam FGD tersebut menyebut jika rupiah menyentuh level tersebut, Indonesia dalam kondisi darurat ekonomi dan pemerintah harus melakukan koreksi target APBN berdasarkan skala prioritas.
Bahkan besar kemungkinan program pembangunan yang terkait dengan dijadikannya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia akan terganggu dan bahkan tertunda.
Sementara itu, turunnya harga minyak dunia pada kisaran US$ 60 – 70 per barel, jika tiada berkesudahan, akan mengoreksi target APBN yang menggunakan patokan harga minyak sebanyak US$ 105 / barel.
Yang lebih buruk adalah, bisa dipastikan investasi migas domestik akan melemah dan target lifting yang saat ini hanya mencapai 740.000 barrel/day juga tidak akan tercapai.
Hal ini disebabkan para Kontraktor Kontrak KerjaSama (K3S) diduga enggan melakukan investasi mengingat masa depan harga minyak belum menentu, sementara biaya investasi ataupun produksi migas masih menggunakan nilai kontrak jangka panjang dengan asumsi harga minyak sebelum turun.
Kondisi perekonomian Indonesia juga harus menghadapi kenyataan pahit mengingat, pencapaian target pajak 2014 hanya mencapai 70 persen.
Jika kegiatan ekonomi turun bisa dipastikan, perolehan pajak juga turun. Sementara diketahui bahwa, pajak dan migas adalah dua instrumen utama ketahanan ekonomi Indonesia.
"“Bulan madu” akan usai ketika rakyat menyadari di tengah menurunnya harga migas dunia, rakyat ternyata tanpa sadar telah memberi subsidi kepada pemerintah dan penurunan harga BBM merupakan tuntutan segera. Sekalipun demikian disadari penurunan harga BBM tidak otomatis menurunkan harga kebutuhan bahan pokok dan kebutuhan lainnya seperti rumah, turun," tulis keterangan ISKA soal kesimpulan FGD tersebut.