Pemilu 2019
Perludem Nilai Sistem Sainte Laque Tidak Hanya Untungkan Partai Besar
Titi Anggraini, menilai sistem konversi suara menjadi kursi sainte laque yang digunakan dalam Pemilu 2019 tidak hanya menguntungkan partai besar.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini, menilai sistem konversi suara menjadi kursi sainte laque yang digunakan dalam Pemilu 2019 tidak hanya menguntungkan partai besar.
Menurut Titi, sistem sainte laque justru lebih mengedepankan aspek proporsionalitas antara perolehan suara dan perolehan kursi suatu partai.
"Kalau dibilang sistem ini (sainte laque) lebih menguntungkan partai besar dibandingkan partai menengah atau kecil, kurang tepat. Sistem ini lebih menjaga proporsionalitas antara perolehan kursi dan perolehan suara," ujar Titi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (24/3/2019).
Baca: Seorang Dokter di Semarang Diseret ke Mejau Hijau Gara-gara Gelapkan Uang Koperasi Rp 780 Juta
Titi mengungkapkan sistem ini baru diterapkan pada Pemilu kali ini.
Pada Pemilu sebelumnya, Indonesia menggunakan sistem konversi suara menjadi kursi yang dikenal dengan nama kuota hare.
Titi menilai sistem sainte laque lebih adil dan memberikan kesempatan kepada setiap partai termasuk partai menengah dan kecil untuk bersaing.
Baca: DPP Golkar Akan Usut Pembawa Bendera Golkar Dalam Kampanye Prabowo di Makassar
Dengan sistem ini, maka partai yang mampu meraih suara terbanyak akan proporsional dengan perolehan kursinya di parlemen.
"Jadi, kursi yang diperoleh mesti proporsional dengan suara yang diperoleh. Sebagai contoh kalau partai dapat suara 10 persen, maka dapat kursinya pun akan proporsional, yakni 10 kursi di parlemen," jelas Titi.
Titi menilai sistem sainte laque ini memberikan insentif kepada partai yang meraih suara banyak akan mendapatkan kursi yang banyak pula.
Sementara partai yang mendapatkan suara yang kecil, maka kemungkinan akan mendapatkan kursi yang sedikit di parlemen.
Baca: Prabowo Kepada Simpatisannya yang Menyindir Jokowi: Jangan Menjelekkan Orang Lain, Kita Tak Mau Itu
Lebih lanjut, Titi mengatakan sebenarnya dampaknya tidak jauh berbeda dari sistem kuota hare jika selisih perolehan suara antara partai di Pileg tidak jauh berbeda. Sementara jika selisih antara parpol jauh berbeda, maka akan terlihat dampak yang berbeda antara sistem saunte laque dengan sistem kuota hare.
"Contoh (dengan sistem sainte laque), kalau partai pertama mendapatkan 900 ribu suara, dan partai kedua mendapatkan 100 ribu suara, itu bisa-bisa hampir semua kursi diperoleh partai yang mendapatkan suara terbanyak," kata Titi.