Tinggal di Rumah Reyot Nenek Ini Selalu Baca Yassin Saat Angin Bertiup Kencang
Warga Desa Melayu Tengah RT 1 Kecamatan Martapura Timur itu, harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari ia, anak dan dua cucunya.
TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Di usianya yang sudah memasuki setengah abad lebih, bukan berarti Maimuzah (56) hanya bermalas-malasan, duduk santai ataupun berbaring di kediamannya.
Warga Desa Melayu Tengah RT 1 Kecamatan Martapura Timur itu, harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari ia, anak dan dua cucunya.
Seperti yang terlihat, Selasa (24/1/2017) siang itu, ia nampak sibuk membuat kerupuk Opak. Adonan cemilan tersebut kemudian ia pipihkan dan susun rapi di atas selembar tikar sebelum akhirnya dijemur di bawah terik matahari.
Namun siapa sangka, ditengah proses panjang pembuatan tersebut, Muzah hanya mengambil untung seribu rupiah perbungkus Opaknya.
Sementara di tengah usianya yang sudah renta, ia juga hanya bisa berjualan seminggu sekali. Itupun menurutnya bila kondisinya sehat dan bugar.
"Sedangkan hampir sebulan ini Nini tidak jualan lagi karena badan kurang sehat. Nini sebetulnya hemat di mulut tapi boros di pantat. Kenapa? Karena demi menjajakan ke sana-sini kan perlu ongkos. Sisanya baru digunakan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," ujarnya.
Namun Muzah setidaknya sedikit beruntung. Pasalnya beban tersebut tidak ia pangku seorang diri, melainkan dengan putrinya.
Melalui hasil penjualan kecil-kecilan berupa gorengan, tak jarang Maulida mampu membawa pulang sekitar Rp 20 ribu perharinya.
"Ya Alhamdulillah, kalau untuk makan sehari-hari sih kami masih bisa. Termasuk bila memenuhi keperluan sekolah dua anak saya," ujarnya.
Namun hanya saja, jumlah tersebut tentu tak cukup bagi mereka memperbaiki rumah yang kini ditempati.
Berangsur sudah sekitar lima tahun tinggal di bawah rumah yang reyot dan berlubang, tak jarang rasa was-was kerap meliputi Muzah beserta keluarganya.
Terutama saat hujan deras dan angin kencang melanda, rembesan air pun kerap masuk ke dalam rumahnya.
Tak hanya itu, Muzah juga kerap berdoa agar rumah yang kini ia tempati bersama keluarganya, tidak roboh diterpa angin puting beliung.
"Ya gimana enggak was-was, kalau saat itu rumah sudah reyot ini terasa bergoyang. Kawatir kalau roboh, saya pun tak jarang baca yasin dan berdoa," ujarnya.
Sedangkan putri Muzah, Maulida mengaku rumahnya tersebut sebetulnya memang pernah dijanjikan akan mendapatkan program bedah rumah dari Dinsos Kabupaten Banjar pada 2016 lalu.