Tribunners / Citizen Journalism
Calon Presiden 2014
Prabowo Subianto Sang Multikulturalisme
Kalau kita baca judul tulisan ini; Prabowo Subianto Sang Multikulturalisme.
Editor:
Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Kalau kita baca judul tulisan ini; Prabowo Subianto Sang Multikulturalisme. Pasti kita akan dicecar oleh pertanyaan mempertanyakan kebenaran, benarkah Prabowo Subianto yang namanya ikut masuk bursa Calon Presiden 2014 adalah seorang berhaluan multikulturalisme?
Untuk mendapatkan jawabnya, mari kita flashback pada peristiwa politik Pemilihan Gubernur DKI 2012, di mana Ketua Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini berbekal pada spirit Bhinneka Tunggal Ika dengan penuh keyakinan mencalonkan Basuki Tjahaya Purnama alias si Ahok yang warga Indonesia keturunan China dan non Muslim, sebagai wakil gubernur berpasangan dengan Jokowi yang diusung oleh PDI Perjuangan.
Apa yang dilakukan Prabowo Subianto dengan menerjunkan Ahok ke gelanggang Pilgub DKI 2012 ini merupakan presentasi politik atas gagasan visioner yang mengarah pada terbangunnya kehidupan demokratisasi atas dasar spirit kebhinnekaan atau multikulruralisme, yang keterwakilannya direpresentasikan oleh ganda campuran Jokowi-Ahok. Bahkan harus kita akui bahwa terjunnya Ahok di gelanggang Pilgub DKI 2012 menjadi playmaker di ajang tersebut yang memberi kontribusi besar terhadap kemenangan pasangan ganda campuran ini.
Sejauhmana presentasi politik atas gagasan visioner yang mengacu pada politik terbangunnya kehidupan demokratisasi atas dasar spirit kebhinnekaan atau multikulturalisme inipun sempat diapresiasi dan direspon secara beragam, semua itu akhinya dibuktikan dengan kemenangan pasangan ganda campuran Jokowi – Ahok dalam Pilgub DKI 2012.
Sebagai seorang arsitek berhaluan spirit multikulturalisme, Prabowo Subianto memang tidak gegabah dan bukan tidak beresiko, semua itu ia lakukan dengan penuh keyakinan dan ketajamanan intuisi politik disertai kalkulasi politik yang menjangkau jauh ke depan dengan gagasan visionernya yang mengacu pada spirit nasionalisme Bhinneka Tunggal Ika. Apa yang dilakukan Prabowo Subianto ini merupakan presentasi dari gerak politiknya dalam membawa perubahan kehidupan demokratisasi politik berbasis spirit nasionalisme Bhinneka Tunggal Ika.
Kemenangan yang diraih pasangan ganda campuran Jokowi-Ahok di Pilgub DKI 2013, sekaligus menandai kemenangan atas hasrat perubahan perbaikan nasib melawan kekuasaan status quo yang tidak amanah. Bahkan lebih dari sekadar itu, bahwa kemenangan ini sekaligus merupakan pencerminan kedewasaan sikap rakyat berpolitik dan berdemokrasi, termasuk bagaimana kedewasaan sikap rakyat dalam merespon isu-isu hegemoni politik primodialisme yang berbasis sentimen kesukuan dan keagamaan.
Soal apakah Ahok itu China, non Muslim, rakyat sudah cerdas, dewasa dan kritis menyikapi, tidak mau lagi terjebak dan terprovokasi, serta tidak mau dimanipulir dan dipolitisir oleh hasrat kepentingaan kekuasaan politik sesaat atas nama isu-isu maupun sekat-sekat sentimen politik primodialisme sempit.
Begitupun dalam hal memilih pemimpinnya, kini rakyat lebih membutuhkan figur seorang pemimpin yang jujur, tegas, tidak korup, membawa harapan baru, pegang amanah mengabdi untuk mensejahterakan rakyat. Itu tujuan, harapan dan dambaan rakyat dalam meletakkan pilihannya memilih pemimpinnya. Dan rakyat pun kini sudah semakin cerdas dan kritis menyikapi kemunculan calon pemimpin di bursa Calon Presiden 2014 yang nyatanya hanya bergaya pasang aksi membangun pencitraan diri untuk mencari simpati publik.
Rakyat hanya bisa menilai, begitupun saya. Tapi setidaknya dari judul tulisan “Prabowo Subianto Sang Multikulturalisme”, keberanian Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra atas gagasan visionernya mencalonkan Ahok di Pilgub DKI 2012 yang dilandasi spirit multikulturalisme ini perlu mendapat acungan jempol.
Saya pun diingatkan oleh judul lagu Manusia ½ Dewa, ciptaan Iwan Fals, yang dirilis bertepatan jelang Pilpres 2004 lalu. Saya kira lagu ini masih kontekstual jelang Pilpres 2014. Lewat lirik lagu Manusia ½ Dewa, Iwan menyampaikan pesannya; Wahai presiden kami yang baru, kamu harus dengar suara ini. Lewat lagu ini, Iwan menyerukan harapannya; Turunkan harga secepatnya, berikan kami pekerjaan... Tegakkan hukum setegak-tegaknya, adil dan tegas tak pandang bulu... Pasti kuangkat engkau menjadi manusia ½ dewa.
Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, penulis lirik lagu, pendiri “Forum Apresiasi Musik Indonesia” (Formasi)
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.