Kerja Sama XL-Huawei, Perkuat Layanan dan SDM
Operator telekomunikasi ternama, PT XL Axiata Tbk telah menjalin kerjasama operasi dengan PT
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Operator telekomunikasi ternama, PT XL Axiata Tbk telah menjalin kerjasama operasi dengan PT Huawei Services, satu perusahaan penyedia solusi teknologi dan komunikasi global asal China. Huawei menjadi perusahaan yang berkembang cukup pesat. Selain memiliki klien operator-operator telekomunikasi asal Indonesia, Huawei telah menjalin kerjasama layanan infrastruktur telekomunikasi dengan ratusan operator di seluruh dunia. Tak heran hingga saat ini, jumlah karyawannya mencapai 120.000 orang di seluruh dunia.
"Kami akan terus melakukan ekspansi ke seluruh dunia, memberikan pelayanan telekomunikasi kepada masyarakat yang membutuhkan," kata Raymond Luan Pijie, VP of Global Technical Services Huawei Technology Co Ltd.
Di Indonesia sendiri, perusahaan tersebut telah membentuk sebuah perusahaan yatu PT Huawei Services. Perusahaan ini bekerjasama dengan XL dalam hal pendayagunaan jaringan XL dan penggunaan karyawannya. Huawei dikontrak untuk melakukan perawatan terhadap jaringan-jaringan telekomunikasi milik XL, sementara sebanyak 1.200 teknisi jaringan XL dioper ke Huawei dengan ketentuan yang telah disepakati dan saling menguntungkan baik XL, Huawei dan karyawan.
"Ini akan menambah kekuatan Huawei di Indonesia, sebelumnya telah ada sebanyak 3.000 karyawan kami," kata Direktur SDM Huawei Services, Joris De Fretes kepada Tribun.
Dia menjelaskan, kerjasama tersebut akan sangat menguntungkan baik bagi Huawei, XL dan pihak-pihak terkait lainnya. Secara SDM, jelasnya, Huawei bakalan memberikan kesempatan kepada sumber daya asal Indonesia untuk berkiprah secara global melalui jaringan perusahaan tersebut. Dengan banyaknya jaringan Huawei di seluruh dunia, tenaga kerja asal Indonesia bakalan dipakai di luar negeri bila memiliki keahlian yang dibutuhkan.
Dian Siswarini, Direktur Teknologi, Konten dan Bisnis Baru XL menjelaskan, kerjasama ini merupakan yang pertama kali di Indonesia, walaupun di luar negeri banyak terjadi. Ada tiga tujuan menguntungkan dalam hal ini, pertama adalah efisiensi perusahaan, peningkatan kualitas layanan dan kemudahan bagi masyarakat.
Menurutnya, hingga 2020 mendatang XL diprediksikan akan mengoperasikan sebanyak 120 ribu base transceiver station (BTS). Dengan BTS sebanyak itu, XL tak mungkin akan merawat sendirian, karenanya mengantisipasi hal itu dengan merangkul Huawei.
"Dengan kontrak selama tujuh tahun diharapkan ada saving (dana yang ditabung) sebesar 20 persen," ujarnya.
Dengan semakin banyaknya BTS 3G, XL bakal meningkatkan layanan data. GM Content & Application XL Revie Sylviana Andriani mengatakan, pada saat layanan suara dan SMS sudah mencapai puncaknya, maka selain data, XL bakal menggenjot layanan konten.
”Kami sadar sekarang bisnis konten ini tak ada batas negara. Akhirnya XL memutuskan untuk bekerjasama dalam bentuk Managed Service Value Added Services (VAS) dengan Huawei,” ungkapnya.
Dijelaskannya, managed service layanan VAS dengan Huawei ini berupa pengalihan proses bisnis ke perusahaan asal negeri Tirai Bambu tersebut. Huawei melalui PT Huawei Services akan menjalankan kegiatan operasional dan teknikal terkait layanan VAS akan dikerjakan oleh Huawei sebagai perpanjangan tangan XL.
”Tidak ada pengalihan karyawan VAS dari XL ke Huawei untuk Managed Service ini. Kita hanya mengalihkan bisnis proses agar proses pengambilan keputusan dan masuknya produk ke pasar menjadi lebih cepat,” jelasnya.
Menurutnya, kerjasama ini akan berdampak positif pada pengembangan layanan VAS, seperti antara lain dalam menerapkan regulasi pemerintah kepada seluruh mitra digital merchant (DM), memperkaya varian konten, meningkatkan kinerja operasional dan mutu layanan.
Bagi XL sendiri diharapkan, kerjasama ini bisa meningkatkan omset dan margin keuntungan, customer experience menjadi lebih baik, dan efisiensi di operasional. ”Akan ada pengawasan yang jelas karena laporan real time. Ini sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha konten dalam menentukan arah usaha,” katanya.
Sementara bagi DM yang menjadi mitra XL adalah akan lebih fokus kepada inovasi karena masalah standar operasi dan teknis sudah ada. Model bisnis lama semua ditangani oleh XL. Dampaknya, banyak waktu tersedot hanya untuk pemeriksaan administrasi. Dari sisi momentum masuk ke pasar ini tentu merugikan