Karena Calo, Harga Daging Sapi Dalam Negeri Jadi Mahal
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI) Noverdi Bross menjelaskan alasan harga daging sapi
Penulis:
Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI) Noverdi Bross menjelaskan alasan harga daging sapi dalam negeri akibat pedagang perantara (belantik). Bross menilai harga dimainkan oleh para calo sehingga daging sapi yang masuk ke pasar harganya mahal.
"Peternak tidak sejahtera karena 'belantik'. Perantara yang mengambil untungnya besar, jadi buka peternaknya," ujar Bross di kantor HIPMI, Kamis (14/11/2013).
Bross menjelaskan agar daging sapi bisa masuk pasar tradisional butuh modal masuk pasar Rp 75 ribu per kilogram. Sedangkan modal daging impor untuk masuk ke pasar modern hanya menghabiskan Rp 45 ribu per kilogram
"Bedanya Rp 30 ribu dari daging impor, itu semua karena belantik," ungkap Bross.
Bross menambahkan daging sapi yang dikonsumi dalam negeri 85 persen berasal dari sapi lokal 15 persen impor. Dalam pembagian daging impor 9 persen dalam bentuk ternak dan 6 persen daging
"Persoalan daging impor hanya boleh untuk hotel, restoran, dan catering, jadi seharusnya tidak mengganggu harga pasar," jelas Bross.