Emiten Milik Konglomerat RI Prajogo Pangestu Genjot Kinerja Keuangan, Ini Langkahnya
Untuk tahun depan, PTRO memproyeksi pendapatan tumbuh 41% YoY menjadi US$ 1,4 miliar, dan EBITDA meningkat 51% YoY menjadi US$ 306 juta.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten milik konglomerat Indonesia, Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO) menjalankan beberapa strategi untuk menggenjot kinerja keuangannya.
Pada tahun ini, pendapatan PTRO diperkirakan melonjak 43 persen secara year-on-year (YoY) menjadi US$ 991 juta, sedangkan EBITDA naik 91% YoY menjadi US$ 203 juta.
Direktur PTRO Ruddy Santoso mengatakan, perusahaan optimistis dapat mencatat pertumbuhan signifikan, dengan compound annual growth rate (CAGR) pendapatan diproyeksi sebesar 42?n EBITDA mencapai 70?lam periode 2024–2026.
Untuk tahun depan, perseroan memproyeksi pendapatan tumbuh 41% YoY menjadi US$ 1,4 miliar, dan EBITDA meningkat 51% YoY menjadi US$ 306 juta.
Baca juga: Sesi Pertama IHSG Berakhir Menguat 0,53 Persen, Sebanyak 295 Saham Naik
“Pendapatan PTRO terus bertumbuh baik secara organik. Serta dengan adanya perluasan pasar baru melalui akuisisi, pendapatan PTRO diperkirakan meningkat sebesar 43% pada tahun 2025 dibandingkan 2024, menjadi US$ 991 juta, serta diperkirakan naik kembali 41% pada tahun 2026 menjadi US$ 1,4 miliar," kata Ruddy dikutip dari Kontan, Selasa (7/10/2025).
Lonjakan tersebut didorong oleh sinergi dari hasil akuisisi strategis Petrosea terhadap Grup HBS di Papua Nugini dan Grup Hafar di Asia Tenggara.
Kedua akuisisi ini memperluas portofolio bisnis Petrosea ke sektor non-batubara, terutama jasa pertambangan emas serta engineering, procurement, construction, and installation (EPCI) migas lepas pantai.
Akuisisi saham Grup HBS (Papua Nugini) senilai US$ 25,8 juta atau sekitar Rp 429 miliar yang rampung pada Agustus 2025 menjadi salah satu tonggak penting bagi ekspansi regional Petrosea.
“Perusahaan telah menandatangani conditional sale and purchase agreement, sehubungan dengan seluruh saham HBS dan anak perusahaan, dengan total nilai transaksi sebesar AUD 40 juta atau sekitar US$ 25,8 Juta,” jelas Direktur PTRO Kartika Hendrawan.
PTRO pun memperluas jangkauan ke sektor pertambangan emas dan mineral bernilai tinggi, sekaligus memanfaatkan basis pelanggan besar HBS seperti Newmont, St Barbara, dan Harmony Gold.
Petrosea menargetkan margin EBITDA dari HBS dapat mencapai 30% pada 2026, jauh di atas margin proyeksi sebelum akuisisi yang berada di level 21% .
Sinergi ini diyakini mampu meningkatkan efisiensi operasional, dengan integrasi di aspek pendanaan, sumber daya manusia, serta pengadaan yang lebih terkoordinasi dalam ekosistem internal Petrosea.
Selain itu, akuisisi 51% saham Grup Hafar senilai Rp 399,8 miliar memperkuat langkah Petrosea di sektor migas lepas pantai.
Hendrawan menambahkan, dengan pengalaman Hafar di bidang EPCI dan layanan pelayaran untuk proyek-proyek minyak dan gas, Petrosea menambah kapabilitas baru sekaligus memperluas sumber pendapatan dari sektor energi hulu dan hilir.
Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Rajin Akuisisi, Petrosea (PTRO) Optimistis Pendapatan Tembus US$ 1,4 Miliar di 2026
Sumber: Kontan
Gandung Pardiman: RUU Kepariwisataan Jadi Magnet Peningkatan Pendapatan Negara |
![]() |
---|
Venteny Catat Kinerja Positif Semester I 2025, Bidik Pertumbuhan 20 Persen |
![]() |
---|
Dirut Multi Makmur Buka Suara Terkait Rencana Akuisisi Morris Capital |
![]() |
---|
Menkeu Purbaya Sebut Defisit APBN Tidak Otomatis Picu Inflasi |
![]() |
---|
VIVA Raup Laba Rp1,19 Triliun, EBITDA Intermedia Capital Naik 93 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.