Selasa, 2 September 2025

Pelabuhan Cilamaya Dibangun, Petani Bakal Menjerit

Jika pemerintah memaksakan pembangunan Pelabuhan Cilamaya, sejumlah dampak buruk diperkirakan bakal terjadi.

Penulis: Sanusi
TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO
Ilustrasi: Senja di Pelabuhan Batuampar, Batam, Rabu (18/6) dari pelabuhan tanjung priok, jakarta. Pelabuhan Internasional Batuampar memiliki kapasitas bongkar muat sebesar 250 ribu TEU s (unit padanan dua puluh kaki) per tahun. Pelabuhan ini sedang dalam tahap tahap akhir perluasan hingga memiliki kapasitas 600 ribu TEU s yang dijadwalkan selesai tahun ini. TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika pemerintah memaksakan pembangunan Pelabuhan Cilamaya, sejumlah dampak buruk diperkirakan bakal terjadi.

Setidaknya, petani akan menjerit karena pasokan pupuk Urea terhenti. Sedangkan masyarakat ibukota harus mempersiapkan diri, karena Jakarta akan gelap-gulita.

Menurut Direktur Produksi Teknik dan Pengembangan PT Pupuk Kujang, Dana Sudjana, pembangunan Pelabuhan Cilamaya akan berdampak sangat serius bagi banyak pihak.

Bagi Pupuk Kujang, misalnya, akan menyebabkan pasokan gas yang selama ini diperoleh dari Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE-ONWJ), akan turut terhenti pula. Dan karena tidak ada pasokan gas yang menjadi bahan baku pembuatan pupuk Urea, maka otomatis produksi Urea Pupuk Kujang juga akan terhenti.

Akibatnya sangat luar biasa. Petani di Jawa Barat, termasuk Karawang yang selama ini menjadi lumbung padi nasional akan menjerit, karena tidak akan ada lagi pupuk yang sangat dibutuhkan. Karena selama ini, lanjut Dana, kebutuhan Urea petani Jawa Barat memang dipasok oleh Pupuk Kujang.

Pasokan tersebut, imbuhnya, sekitar 600 ribu ton per tahun sebagai Urea subsidi. “Tentunya hal tersebut akan mengganggu program pemerintah terkait kedaulatan pangan,” kata Dana.

Dampak luar biasa itu bukan hanya bagi petani dan ketahanan pangan nasional. Namun, juga karyawan dan keluarga, pedagang/pemasok pupuk, serta stakeholders lain. Karena jika Pupuk Kujang berhenti berproduksi, sudah dipastikan akan terjadi pula multiplier effect yang sangat serius. “Mereka akan terkena dampak kehilangan mata pencaharian,” kata Dana.

Tidak hanya itu. Banyak industri lain sepanjang jalur pipa gas sampai dengan Cilegon juga akan merasakan dampak yang sama. Hal ini terjadi, kata Dana, karena pengguna gas bukan hanya Pupuk Kujang. Bisa dibayangkan, bahwa gelombang PHK pun akan menerpa pada berbagai industri tadi.

Untuk itulah Dana memberi saran kepada pemerintah, agar memindahkan rencana pelabuhan ke tempat lain yang tidak mempunyai dampak terhadap infrastruktur gas yang ada di sekitar Cilamaya. “Mungkin geser ke arah timur seperti Cirebon,” ungkapnya.

Dampak serius akibat terganggunya pasokan gas dari PHE-ONWJ sebagai akibat pembangunan Pelabuhan Cilamaya, juga akan dialami PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Seperti disampaikan Kepala Divisi Minyak dan Gas Bumi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Suryadi Mardjoeki, beban PLN akan semakin berat karena ada beban biaya tambahan sebagai konsekeunsi pengalihan pada LNG.

Besarnya beban itu sangat luar biasa. Sebagai gambaran, lanjutnya, selisih harga antara harga gas LNG dan PHE-ONWJ sekarang sekitar 5 dolar AS per mmbtu. Artinya, jika volume yang dibutuhkan 120 bbtud, maka beban biaya tambahan yang harus dikeluarkan adalah 600 ribu dolar AS per hari. Dengan kurs saat ini sekitar Rp 13.000, maka kerugian yang akan dialami PLN adalah Rp 234 miliar per bulan atau sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. “Sudah pasti ini sangat memberatkan bagi PLN,” katanya.

Tidak hanya itu. Dampak buruk lain juga menanti, seandainya pasokan LNG juga tidak berjalan dengan lancar. Karena dengan demikian, maka PLN juga tidak akan bisa memasok listrik kepada ibukota. “Jakata akan gelap-gulita,” kata Suryadi.

Untuk menghindari dampak tersebut, Suryadi juga menyarankan agar rencana Pelabuhan Cilamaya dipindahkan ke Cirebon. “Kalau bisa digeser ke Cirebon lebih bagus karena di sana juga akan ada rencana pembangunan pembangkit di Sunyaragi sehingga dekat dengan pusat beban baru pelabuhan peti kemas tersebut,” ujar Suryadi.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan