Virus Corona
Harga Minyak Turun Akibat Corona, Bambang Haryo Nilai B30 Tak Relevan
Mereka mampu memproduksi B30, tetapi tidak gegabah karena B30 sangat rentan menyebabkan kerusakan mesin alat transportasi.
Editor:
Hasanudin Aco
Mereka mampu memproduksi B30, tetapi tidak gegabah karena B30 sangat rentan menyebabkan kerusakan mesin alat transportasi.
“Muncul viskositas lebih dan slag yang tinggi, nozel dan filter injector mesin menjadi cepat rusak, sehingga mesin dapat gagal berfungsi. Kapal mogok di tengah laut akibat mesin mati bisa mengakibatkan perubahan stabilitas negatif dan berujung terjadinya tenggelam. Kejadian ini pernah dialami KMP Senopati Nusantara pada akhir 2006,” ungkap Bambang Haryo, yang pernah menjadi senior investigator KNKT.
Oleh karena itu, Ketua Dewan Pembina Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan) ini menolak mandatory B30 untuk sektor transportasi.
Apabila tetap dipaksakan, akan terjadi kerusakan alat transportasi secara massal sehingga angkutan publik dan logistik lumpuh serta marak kecelakaan. Ekonomi nasional pun semakin terpuruk.
“Pemerintah jangan mengobankan sektor transportasi dan ekonomi nasional, bahkan nyawa publik, untuk mengakomodasi kepentingan konglomerat kelapa sawit dengan tidak realistis meningkatkan kandungan biodiesel pada solar menjadi di atas 30% bahkan 100%. Itu tidak masuk akal dan berbahaya,” tegasnya.
Bambang Haryo juga mempertanyakan subsidi biodiesel Rp10,3 triliun kepada 19 perusahaan sawit pada 2017.
Berdasarkan data Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit, lima perusahaan sawit terbesar menerima 76,87% dari dana itu atau Rp7,92 triliun dan sisanya untuk 14 perusahaan lainnya.
“Seharusnya subsidi itu diberikan kepada perusahaan transportasi yang dirugikan akibat B30 karena banyak dan seringnya mesin yang di overhaul, tentu membutuhkan SDM yang berjumlah besar padahal jumlahnya terbatas apalagi adanya wabah virus corona,” ungkapnya.
"Jadi bukan pengusaha kelapa sawit yang mendapatkan subsidi," tegasnya.