Senin, 18 Agustus 2025

Virus Corona

Hampir Seluruh Anggota G20 Diprediksi Menderita Resesi karena Corona, Kecuali RI dan 2 Negara Ini

Lebih dari setengah negara-negara yang masuk dalam jajaran G20 diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.

Editor: Sanusi
Shutterstock
Ilustrasi virus Corona.(Shutterstock) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - The Economist merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi untuk semua negara-negara anggota G20.

Hasilnya, wabah virus corona (Covid-19) membawa hampir seluruh negara-negara G20 jatuh ke jurang resesi.

Lebih dari setengah negara-negara yang masuk dalam jajaran G20 diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.

“Gambaran ekonomi global tampak suram, dengan resesi di hampir setiap ekonomi maju di seluruh dunia," kata Direktur Forecast Global EIU, Agathe Demarais dikutip dari The Economist, Selasa (31/3/2020).

Baca: Presiden Jokowi Akhirnya Beberkan Alasan Tak Mau Lockdown

Baca: Apa Kata Ahli Kesehatan Dunia tentang Masker Non-medis?

Baca: Cara Pelanggan Listrik 450 VA dan 900 VA Dapatkan Token Gratis

Data The Economist memperlihatkan, hanya 3 negara-negara G20 yang diprediksi masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif sepanjang 2020.

Meski demikian angka itu tetap menurun kian dalam. Ekonomi global sendiri diprediksi akan terkontraksi sebesar 2,2 persen.

Salah satu dari 3 negara yang masih positif adalah Indonesia. The Economist memprediksi pertumbuhan PDB riil pada tahun 2020 berada di angka 1 persen.

Sebelum virus corona menyerang, PDB Indonesia diprediksi tumbuh 5,1 persen.

Selain Indonesia, China dan India juga masih diprediksi mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan berada di angka 1 persen pada 2020 dari yang sebelumnya 5,9 persen.

Sementara India, PDB pada tahun 2020 berada di angka 2,1 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,9 persen.

Demarais menuturkan, pemulihan ekonomi bisa saja terjadi pada semester II tahun 2020. Namun, tidak ada yang menjamin pertumbuhan akan terkontraksi lebih jauh bila ada gelombang epidemi kedua dan ketiga.

"Risiko penurunan skenario dasar ini sangat tinggi, karena munculnya gelombang epidemi kedua, atau ketiga akan menenggelamkan pertumbuhan lebih lanjut," ujarnya.

Selain itu pada tahap ini, Demarais mengaku sulit pula melihat strategi keluar dari penguncian. Artinya ketidakpastian pertumbuhan akan tetap tinggi.

"Akhirnya, kombinasi dari pendapatan fiskal yang lebih rendah, dan pengeluaran publik yang lebih tinggi, akan menempatkan banyak negara di ambang krisis utang," ungkapnya lebih lanjut.

Pertumbuhan negatif G20

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan