Virus Corona
Hampir Seluruh Anggota G20 Diprediksi Menderita Resesi karena Corona, Kecuali RI dan 2 Negara Ini
Lebih dari setengah negara-negara yang masuk dalam jajaran G20 diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.
Editor:
Sanusi
Selain ketiga negara di atas, ekonomi AS diprediksi akan berkontraksi sebesar 2,8 persen tahun ini setelah sebelumnya diprediksi tumbuh mencapai 1,7 persen.
Penyebabnya, respon awal AS terhadap pandemik dinilai buruk sehingga memungkinkan penyakit menyebar dengan cepat.
Selain itu, saat risiko ekonomi mulai meningkat akibat corona, perjanjian minyak mentah antara Arab Saudi dengan Rusia untuk memangkas produksi minyak justru runtuh. Hal itu membuat harga minyak dunia jatuh.
Kombinasi epidemi virus corona dan penurunan harga minyak global, membuat investasi akan mengalami kontraksi tajam tahun ini, terutama di sektor energi. Akhirnya pertumbuhan ekspor akan menurun.
"Ini menempatkan tawaran pemilihan ulang Donald Trump (dalam Pilpres) dalam risiko, karena pengangguran tampaknya akan meningkat tajam," tulis The Economist.
Ekonomi China
Dampak ekonomi karena wabah virus corona lebih dalam dibanding dampak SARS untuk ekonomi China. Jika asumsi virus corona "tak kambuh" lagi, pertumbuhan PDB riil China bisa berada pada angka 1 persen pada 2020.
Lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi 2019 yang sebesar 6,1 persen.
"Perlambatan akan terkonsentrasi pada kuartal I tahun ini dan masih akan tetap terasa di kuartal II. Pertumbuhan akan pulih pada paruh kedua tahun ini ketika China biasanya menghasilkan sebagian besar PDB-nya," tulis The Economist.
Kawasan Eropa
Kawasan Eropa akan menjadi salah satu daerah yang paling terpukul, dengan membukukan resesi setahun penuh sebesar 5,9 persen.
Lebih rinci, pertumbuhan ekonomi Jerman sebesar -6,8 persen, Perancis -5 persen, dan Italia -7 persen.
Di Jerman, sebagian besar sektor manufaktur sangat berorientasi ekspor. Artinya negara tersebut secara khusus akan terkena gangguan rantai pasokan dan permintaan global yang lemah.
"Akibatnya, pemulihan yang kami harapkan pada paruh kedua tahun 2020 di negara zona euro lainnya akan terwujud jauh lebih lambat di Jerman," ungkapnya.
Amerika Latin