Sabtu, 13 September 2025

Setahun Pemerintahan Jokowi

Catatan Kritis INDEF: Ketimpangan Kaya-Miskin yang Makin Melebar Hingga Utang Luar Negeri Melonjak

Ekonom Indef Bhima Yudhistira membeberkan catatan kritis atas 1 tahun kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Jeprima
Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Maruf Amin menerima ucapan selamat dari Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong seusai Jokowi dan Maruf Amin dilantik dalam acara Sidang Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Masa Jabatan 2019-2024 di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (20/10/2019) sore. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudhistira membeberkan catatan kritis atas kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, selama satu tahun pertama memerintah, Selasa (20/10/2020).

Berkaca pada tren pelemahan ekonomi yang terjadi saat ini Bhima mengatakan, angka kemiskinan diperkirakan mencapai lebih dari 12-15 persen akibat jumlah orang miskin baru yang meningkat.

Bank Dunia menyatakan terdapat 115 juta kelas menengah rentan miskin yang dapat turun kelas akibat bencana termasuk pandemi Covid-19.

Bhima juga menyebut, jurang ketimpangan antara orang kaya dengan orang miskin akan semakin melebar pasca pandemi Covid-19.

"Ketimpangan semakin meningkat karena orang kaya terus menabung di bank, dengan lebih sedikit membelanjakan uang nya. Sementara itu, masyarakat miskin tidak memiliki cukup tabungan," kata Bhima.

Baca juga: Ketidakyakinan Buruh Atas Lapangan Kerja Baru dan Klaim Respon Positif Dunia Terhadap UU Cipta Kerja

Dia juga menyoroti pemerintah dan DPR yang di tengah situasi pandemi justru mengesahkan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja yang kontraproduktif terhadap upaya pemulihan ekonomi.

"Dengan draft yang berubah-rubah pasca paripurna DPR, serta implikasi dirilisnya 516 aturan pelaksana, UU Cipta Kerja membuat ketidakpastian regulasi di Indonesia meningkat," kata Bhima.

Utang Luar Negeri 

Bhima juga menyoroti Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia.

Ia mengutip data International Debt Statistics 2021 dari Bank Dunia yang mencatat ULN Indonesia mencapai 402 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Menkeu Klaim RI Lebih Baik dari Negara Lain soal Resesi, Ekonom Indef: Jangan Over Optimis

Bahkan ULN negara ini lebih besar dari negara anggota ASEAN lainnya, Thailand.

"Indonesia tercatat menempati urutan ke-7 tertinggi di antara negara berpendapatan menengah dan rendah dalam Utang Luar Negeri (ULN), yakni 402 miliar dolar AS. Beban ULN Indonesia jauh lebih besar dari Argentina, Afrika Selatan dan Thailand," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Selasa (20/10/2020) sore.

Ia menyoroti langkah pemerintah yang terus menambah utang di tengah situasi pandemi.

"Dalam bentuk penerbitan utang valas yang rentan membengkak jika ada guncangan dari kurs rupiah," kata Bhima.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan