Sabtu, 16 Agustus 2025

Ini Realisasi Sementara Asumsi Ekonomi Makro 2020, Rupiah Paling Mendekati Target

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dari sisi pertumbuhan ekonomi hasilnya meleset jauh karena minus hingga akhir 2020.

Editor: Sanusi
KONTAN/Fransiskus Simbolon
ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan memaparkan realisasi sementara asumsi dasar ekonomi makro untuk 2020, di mana nilai tukar rupiah paling mirip dari target atau 'ngepas'.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dari sisi pertumbuhan ekonomi hasilnya meleset jauh karena minus hingga akhir 2020.

"Dari sisi asumsi makro, kalau kita lihat untuk pertumbuhan ekonomi yang tadinya kita desain dalam APBN tumbuh 5,3 persen akan mengalami kontraksi antara minus 1,7 persen sampai dengan minus 2,2 persen," ujarnya saat konferensi pers "Realisasi APBN TA 2020" secara virtual, Rabu (6/1/2021).

Baca juga: Menlu Sampaikan Program Prioritas Diplomasi RI di PPTM 2021

Baca juga: Ditutup Menguat, Rupiah Berada di Level Rp 13.895 per Dolar AS, Rabu, 6 Januari 2021

Sri Mulyani menjelaskan, untuk inflasi yang tadinya jika diasumsikan 3 persen, pada akhir tahun 2020 kenyataannya hanya mencapai 1,68 persen.

Kemudian, tingkat suku bunga SPN yang tadinya diasumsikan sebesar 5,4 persen untuk yang 3 bulan, realisasinya membaik di 3,19 persen.

Sementara, yang paling mendekati asumsi makro yakni nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.000-an.

"Nilai tukar rupiah asumsinya Rp 14.400, masih relatif hampir sama dengan realisasi yaitu Rp 14.577," kata Sri Mulyani.

Selain itu, dia menambahkan, harga minyak mentah yang diasumsikan 63 dolar AS per barel, hasilnya rata-rata di sekitar 40 dolar AS per barel.

"Selanjutnya, lifting minyak kita di bawah yang ditargetkan sejak awal yakni 750 ribu barel per hari, realisasinya hanya 705 ribu barel per hari. Lalu, untuk gas dari 1.191 ribu barel per hari, turun menjadi 983 ribu barel per hari," pungkasnya.

Minus Sepanjang 2020

Kementerian Keuangan memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami revisi yakni jadi minus sepanjang 2020.

Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 berkisar minus 1,7 persen hingga minus 2,2 persen

"Kementerian Keuangan mengeluarkan prediksi untuk 2020 yang terakhir adalah antara minus 2,2 persen hingga minus 1,7 persen," ujarnya saat konferensi pers "Realisasi APBN TA 2020" secara virtual, Rabu (6/1/2021).

Baca juga: Rizal Ramli Sebut Kebijakan Fiskal Menkeu Sri Mulyani Amburadul, Ini Sebabnya

Sementara, kata Sri Mulyani, institusi-institusi lain memberikan estimasi serupa yakni antara negatif 1,5 persen dari International Monetary Fund (IMF) dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksi ekonomi Indonesia sepanjang 2020 negatif 2,4 persen.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan