Pandemi, Permintaan Komoditas Kelapa Pandan Wangi Masih Tinggi
Jasman membutuhkan waktu selama 4 tahun, sejak proses pengamatan hingga kebunnya ditetapkan sebagai kebun sumber benih unggul lokal
Penulis:
Sanusi
Editor:
Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang masih melanda sangat mempengaruhi perekonomian dan seluruh sektor terdampak, termasuk sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan.
Namun hal tersebut tak mematahkan semangat Jasman Silitonga, pengelola kebun Kelapa Pandan Wangi Sumatera Utara. Jasman Silitonga mulai menggeluti usaha kelapa pandan wangi ini sejak tahun 2001.
Jasman membutuhkan waktu selama 4 tahun, sejak proses pengamatan hingga kebunnya ditetapkan sebagai kebun sumber benih unggul lokal oleh Ditjen Perkebunan selanjutnya dilepas sebagai varietas unggul kelapa pandan wangi oleh Kementerian Pertanian.
“Harumnya tak hanya di buahnya saja, jadi kalau namanya kelapa pandan wangi, itu mulai dari akar, buah, sampai daunnya, batangnya pun, sampai niranya juga aroma pandan. Kalau untuk rasanya berbeda dengan kelapa pada umumnya. Limbahnya pun bisa dijadikan pupuk alami. Semua bermanfaat tidak ada yang terbuang,” katanya, Rabu (14/7/2021).
Baca juga: Sarang Burung Walet Asal Indonesia Kuasai Pasar China, Ekspor 2020 Tembus Rp 5,9 Triliun
Menurut Jasman, peluang kelapa pandan wangi masih terbuka sangat luas, karena sampai saat ini banyak permintaan yang datang dari Surabaya, Jakarta, dan kota-kota lainnya, namun kita belum sanggup karena kuota produksi kita hanya cukup untuk memenuhi benih saja.
Baca juga: LPEI Genjot Ekspor Kopi Melalui Desa Devisa
“Nah terakhir kita ada juga permintaan dari Hainan, Belanda, dan Singapura, namun belum kita sanggupi, karena kita belum ada siapkan kebun untuk produksi buah muda secara besar-besaran, kita diminta Dinas Perkebunan untuk fokus di pembenihan supaya ini dapat berkembang luas di Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Startup Jebolan Innovating Jogja Sukses Tembus Pasar Ekspor, Siapa Saja?
Beberapa tahun kedepan, Lanjut Jasman, kegiatan Sumatera Utara umumnya akan dikenali orang sebagai penghasil kelapa eksotik.
Beberapa kabupaten sudah mulai tanam, pengadaan dari provinsi di sekitar 11 kabupaten, dimana selama 4 tahun dilakukan pengembangan besar-besaran di Aceh.
Mereka minta semua buah produksi benihnya mereka tampung, tetapi tidak disetujui Pemulia karena tidak diperbolehkan memonopoli satu wilayah saja, karena kelapa harus disebarkan ke seluruh Indonesia.
“Dulunya orang cuek saja, sekarang banyak peminat kelapa pandan wangi ini, selain dibutuhkan lokal bisa juga diekspor besar-besaran seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina."
"Mereka sudah buat dalam bentuk kemasan softdrink dan lainnya, tapi kuota mereka terbatas karena lahan mereka kurang, kalau Indonesia masih banyak lahan, masih memungkinkan menjadi penguasa kelapa kedepan,” ujar Jasman.
Menurut Jasman, sebelum ini kan luasan kebun kelapa tiap tahun menurun. "Semenjak ada pandan wangi ini kita dengar malah meningkat, mungkin salah satu yang tidak terdampak langsung pandemi ya kelapa pandan wangi ini.”
Selain benih kelapa, ;anjut Jasman, pihaknya juga membuat olahan hasil kelapa, berupa buah muda, kita bentuk menggunakan mesin seperti piramid atau gelas, namun saat ini masih terbatas hanya untuk langganan-langganan lama saja.
“Selain itu, rencananya kami akan olah jus kelapa, dari air kelapa pandan wangi kita ini dicampur dengan perasan buah santannya, selain kita mempertahankan kualitas dan mutunya, kita juga akan kreasikan kemasannya supaya lebih menarik perhatian. Karena lain bentuk menambah nilai daya jualnya,” katanya.
Jasman menambahkan, selaku pengelola atau pekebunnya mudah-mudahan sampai saat ini hingga seterusnya tidak terlalu terdampak pandemi.
“Karena pemanfaatan air kelapa muda identik untuk kesehatan, mengandung antioksidan tinggi, dan dipercaya dapat mencuci darah atau menetralkan suhu dalam tubuh serta banyak manfaat lainnya, dimana banyak orang yang terdampak virus ini mereka justru langsung memesan kelapa ini,” katanya.