Kata Jokowi Soal Terhambatnya Investasi yang Ingin Masuk ke Pertamina dan PLN: Ada di Birokrasi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, ruwetnya birokrasi menghambat investasi yang akan masuk ke Pertamina dan PLN.
Penulis:
Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor:
Whiesa Daniswara
"Kesempatan investasi di PLN dan Pertamina terbuka sangat lebar kalau saudara-saudara juga terbuka, membuka pintunya lebar-lebar, keterbukaan itu yang saya inginkan, yang diinginkan oleh Undang-Undang Cipta Kerja," ucapnya.
Jokowi Minta Pertamina dan PLN Siapkan Transisi Energi
Diberitakan Tribunnews.com, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) segera menyiapkan perencanaan transisi energi dari energi fosil menjadi energi hijau.
“Memang kita tahu bahwa transisi energi ini memang tidak bisa ditunda-tunda."
"Oleh sebab itu, perencanaannya, grand design-nya, itu harus mulai disiapkan," kata Jokowi saat memberikan arahan kepada Dewan Komisaris dan Direksi PT Pertamina dan PT PLN yang diunggah kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021).
"Tahun depan kita akan apa, tahun depannya lagi akan apa, lima tahun yang akan datang akan apa,” lanjutnya.
Jokowi mengatakan,penyiapan transisi energi menuju energi hijau merupakan keharusan.
Baca juga: PLN Operasikan Dua Proyek Kelistrikan Baru, TKDN Capai 61 Persen
Oleh karena itu, Jokowi meminta untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya guna memperkuat fondasi menuju transisi energi.
“Ini yang harus mulai disiapkan, mana yang bisa digeser ke hidro, mana yang bisa digeser ke geotermal, kemudian mana yang bisa digeser ke surya, mana yang bisa digeser ke bayu,” ucap Presiden.
Ia menambahkan, suplai energi di Indonesia terbesar saat ini masih dari batu bara sebesar 67 persen.
Kemudian, bahan bakar atau fuel 15 persen, dan gas 8 persen.
Jokowi menilai apabila Indonesia dapat mengalihkan energi tersebut, maka akan berdampak pada keuntungan neraca pembayaran yang dapat memengaruhi mata uang (currency) Indonesia.
“Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN oversupply. Artinya, suplai dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina menjadi turun,” jelasnya.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Fransiskus Adhiyuda Prasetia, Kompas.tv)