Kementan Dukung Produksi dan Pemasaran Silase Berbahan Dasar Tanaman Jagung
Silase merupakan awetan pakan basah segar yang disimpan dalam silo berupa tempat yang tertutup dan kedap udara pada kondisi anaerob.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petani dan peternak di Indonesia di sejumlah wilayah seperti di Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, saat ini mengalami kendala di perubahan musim, juga ketersediaan pakan ternak khususnya pakan hijauan segar.
Pada musim penghujan, ketersediaan hijauan untuk pakan ternak begitu melimpah dan banyak yang tidak termanfaatkan, tetapi pada musim kemarau, produksi pakan hijauan sangat terbatas.
Begitu juga dalam kegiatan pertanian, jika musim penghujan atau Musim Tanam (MT) I lahan dapat digunakan dengan optimal untuk budidaya padi, tetapi pada musim kemarau atau MT II, lahan di beberapa desa di Kecamatan Gebang dalam kondisi bera.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, upaya menjaga produksi pangan nasional tahun ini bakal dihadapkan pada tingginya tantangan terhadap anomali cuaca.
Syahrul mengatakan, tantangan itu bukan hanya dihadapi Indonesia, namun seluruh dunia yang menjadi produsen pangan.
"Perubahan iklim secara ekstrem menjadi ancaman paling berat mempertahankan produksi pangan nasional. Perubahan iklim dan cuacan ekstrem akan berdampak tidak linier, tidak bisa diprediksi dan tidak berkelanjutan," ujar Mentan SYL, Selasa (25/1/2022).
Baca juga: Anak Buah Sri Mulyani Lapor ke DPR, Belanja Kemenkes dan PUPR Melonjak
Mentan menegaskan, pemerintah tidak boleh berspekulasi mengenai ancaman perubahan iklim, sebab sektor pertanian akan sangat bertalian erat dengan proses pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19.
Menurutnya, pandemi Covid-19 dan perubahan iklim berdampak sangat luar biasa terhadap perubahan lingkungan strategis global dan ketahanan pangan nasional.
Baca juga: Biayai Bangun Ibu Kota Negara, Anggaran Kementerian dan Lembaga Dipangkas Mulai 2022
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan, untuk menjaga pangan di tengah pandemi, Presiden telah mengamanatkan semua kementerian dan lembaga negara untuk memprioritaskan kebutuhan pangan sebagai pasokan masyarakat.
"Kita harus beradaptasi dan mitigasi iklim dengan menghadirkan kesatuan emosional dan kebersamaan dengan para stakeholder lainnya, termasuk para Penyuluh Pertanian untuk mengantisipasi perubahan iklim dan cuaca ekstrim," ujar Dedi.
Baca juga: Empat Raja Minyak Goreng Indonesia Kuasai 46,5 Persen Pangsa Pasar Nasional
Kementerian Pertanian melalui program Strategic Irrigation Modernization Urgent Project (SIMURP) diharapkan dapat menyusun agenda intektual guna menyikapi perubahan iklim.
SIMURP bertujuan menaikkan IP, menurunkan emisi GRK, mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Guna menyikapinya, Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) Gebang Millenial Farm sebagai penerima manfaat SIMURP mendukung opltimalisasi lahan dan keberlanjutan pakan ternak melalui usaha produksi dan pemasaran silase berbahan dasar tanaman jagung.
Silase merupakan awetan pakan basah segar yang disimpan dalam silo berupa tempat yang tertutup dan kedap udara pada kondisi anaerob. Pengolahan tanaman jagung menjadi silase memberikan manfaat untuk menjaga ketersediaan pakan ternak sepanjang tahun.
Selain itu, pengolahan silase tanaman jagung juga memberikan manfaat untuk lahan pertanian yang sebelumnya bera pada MT II sehingga dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman jagung untuk bahan baku pengolahan silase.