Tahun Ini, Bandara Kualanamu Targetkan Ada Rute Penerbangan Langsung ke India
PT Angkasa Pura Aviasi sudah berbicara dengan sejumlah maskapai penerbangan untuk membuat rute langsung ke India.
Penulis:
Dodi Esvandi
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
Apalagi, di belakang Bandara Kualanamu terdapat perusahaan yang telah pilihan tahun berkecimpung di dunia bandara.
Baca juga: Bandara Kualanamu Ingin 25 Tahun ke Depan Bisa Layani 65 Juta Penumpang per Tahun
"Per 7 Juli 2022 Kualanamu sudah dikelola oleh Angkasa Pura Aviasi. Sahamnya 51 persen milik Angkasa Pura, 49 persen milik GMR Airports Consortium. Kualanamu akan jadi bandara kebanggaan masyarakat Sumatera Utara," kata Rifai.
GMR Airports Consortium merupakan patungan antara GMR Group dari India dan Aéroports de Paris Group (ADP) dari Prancis.
GMR Group mengelola setidaknya delapan bandara internasional di dua benua.
Termasuk Bandara Internasional Mactan-Cebu.
Bandara tersibuk kedua di Filipina itu kini melayani penerbangan ke berbagai kota di Asia, seperti Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok, Hong Kong, Taipei, Nagoya, Narita, Busan, Shanghai, Osaka, Daegu, hingga Dubai di Qatar.
Kasubdit Kerja Sama Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Ade Kusmana mengatakan, Bandara Kualanamu termasuk bandar udara internasional yang ditawarkan sebagai entry poin angkutan udara luar negeri dalam setiap perundingan/perjanjian bilateral regional/ multilateral.
Baca juga: Angkasa Pura Aviasi Targetkan Kualanamu Jadi Bandara Penghubung Wilayah Barat
Selain itu, Bandara Kualanamu juga sudah menjadi entry point dalam SE 88 tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Luar Negeri dengan Transportasi Udara pada Masa Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Koordinator Infrastruktur Konektivitas Antar Moda Kemenko Maritim dan Investasi Balkis Kusumawati mengatakan ada 34 bandara internasional di Indonesia dengan total lalu lintas penumpang WNA sebesar 94,5 juta dari 2015 sampai Juni 2022, hanya dengan 2 Bandara teratas sudah mencakup 88 persen dari total keseluruhan lalu lintas.
“Pemerintah memutuskan untuk melakukan penataan bandar udara. Kesenjangan yang signifikan antara 2 bandara teratas dengan sisanya menunjukkan bahwa banyaknya bandara internasional yang belum beroperasi secara optimal. Penataan jumlah bandara adalah satu cara untuk menjaga keberlanjutan bandar udara,” kata Balkis.