Rabu, 10 September 2025

Jaga Harmoni antara Alam Lestari dan Industri Bernilai Ekonomi, Desa Sambak Jadi Desa Berprestasi

Singkatnya, warga desa berembuk dan menemukan solusi dengan membangun digester atau penampungan bahan-bahan organik dan atau limbah kotoran ternak.

|
Penulis: Imam Saputro
Editor: Febri Prasetyo
Dok Desa Sambak
Kepala Desa Sambak Dahlan (baju cokelat) saat memberikan penjelasan soal tanaman kopi di Bukit Potorono 

“Itu tidak ujug-ujug berhasil juga, satu periode kepemimpinan saya belum ada yang berhasil panen, mulai bisa memetik hasil itu tahun 2014,” terangnya.

Dahlan menerapkan disiplin kepada petani kopi di Desa Sambak dengan hanya memanen buah kopi yang sudah matang di pohon atau red cherry saja.

“Itu sengaja dari awal saya ajarkan seperti itu biar kualitas Kopi Potorono bisa terjaga,” kata dia.

Petani Desa Sambak mulai bisa menikmati keuntungan ekonomi dari penjualan hasil kopi pada 2019.

Panenan biji kopi di Bukit Potorono mulai menunjukan bobot yang menggembirakan.

“Mulai 2019 sudah mulai banyak panenan kopi red cherry-nya, mulai 2,5 ton hingga puncaknya pada 2021 kami dapat 21 ton red cherry,” ujar Dahlan bangga.

Adapun red cherry yang diproses hingga menjadi bubuk kopi atau biji kopi roastingan biasanya menyusut diangka 4 banding 1.

“2021 itu red cherry-nya 21 ton, yang akhirnya dijual baik biji kopi atau gilingan itu berkisar di 6 ton, kami jual 170 ribu per kilonya,” kata dia.

Dahlan mengakui petani kopi Sambak kini sudah bisa menikmati hasil dari pengelolaan hutan negara yang dahulunya hanya ditanami rumput pakan ternak.

“Sekarang ya sudah Alhamdulillah, selain warga di Sambak adalah petani padi dan pembuat tahu, ada income tambahan di kopi,” kata dia.

Alasan lain Dahlan mengembangkan Kopi Sambak adalah kopi satu di antara komoditas yang trennya tak lekang dimakan waktu.

" Selain itu kopi identik dengan segala kalangan, anak muda dengan kopi kekinian, orang tua dengan kopi tubruk, jadi bisa berkelanjutan," kata dia.

Dengan memanfaatkan kopi yang bisa diterima semua kalangan, Dahlan berharap Kopi Sambak bisa dilestarikan hingga puluhan tahun ke depan.

"Sekarang mungkin yang menanam mungkin bapaknya, tapi dengan tren kopi ke anak muda, semoga bisa diteruskan dan dikembangkan, anak muda kan pikirannya mletik (kreatif)," kata dia.

Dahlan berharap Desa Sambak bisa menjadi percontohan desa lainnya dalam memanfaatkan Bukit Potorono.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan