Infrastruktur Data Center yang AI-ready Makin Dibutuhkan oleh Beragam Sektor Industri
infrastruktur data center perlu mengakomodasi kebutuhan data center masa depan yang harus semakin efisien, fleksibel, tangguh dan sustainable
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Infrastruktur Data Center yang bisa diintegrasikan dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI-ready, serta bisa dioperasikan secara berkelanjutan (sustainable) kini makin dibutuhkan oleh beragam sektor industri sebagai strategi transformasi digital.
Yang terjadi saat ini, disrupsi AI memunculkan tantangan baru mulai dari lonjakan daya yang besar, fleksibilitas dan skalabilitas, keberlanjutan operasional dan dampaknya terhadap lingkungan.
Karenaya, infrastruktur data center perlu didesain agar semakin efisien, tangguh dan sustainable dengan memperhatikan desain manajemen daya, pendinginan, rak, perangkat lunak dan kapasitas back-up power.
Baca juga: Teknologi Game Masuk Siklus Ketiga, Didorong Teknologi Artificial Intelligence dan Blockchain
Merespons tren tersebut, Schneider Electric memperkenalkan Liquid Cooling, SM AirSet (SF6-Free MV Switchgear), Galaxy VL UPS dan EcoStruxure for Data Center untuk menjawab tantangan data center ke depan.
Ketiganya diperkenalkan di acara Indonesia Cloud & Datacenter Convention 2024 yang berlangsung di Jakarta.
Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, ketiganya dirancang untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan, keandalan dan mendukung pemenuhan tanggung jawab penyedia data center dan colocation dalam upaya dekarbonisasi dan sustainability.
Baca juga: Strategi Schneider Electric dan Intidaya Efisiensikan Bisnis Industri Pengolahan Air dan Manufaktur
“Disrupsi Artifical Intelligence (AI) di data center akan memunculkan tantangan baru bagi penyedia data center dan colocation, mulai dari lonjakan daya yang lebih besar dari sebelumnya, tuntutan fleksibilitas dan skalabilitas dalam penyediaan layanan data, keberlanjutan operasional yang semakin kompleks, hingga dampak lingkungan," ujarnya dikutip Sabtu, 18 Mei 2024.
Dia menjelaskan, infrastruktur data center perlu mengakomodasi kebutuhan data center masa depan yang harus semakin efisien, fleksibel, tangguh dan sustainable.
Dalam White Paper berjudul “The AI Disruption: Challenges and Guidance for Data Center Design”, Schneider Electric memperkirakan kontribusi beban kerja Artificial Intelligence (AI) terhadap total konsumsi energi data center akan mencapai 15 hingga 20 persen pada tahun 2028.
Selain itu, beban kerja AI diperkirakan akan terus beroperasi pada densitas yang sangat tinggi. Hal ini menimbulkan tantangan dalam desain manajemen daya, pendinginan, rak, perangkat lunak dan kapasitas back-up power di data
center.
Baca juga: Schneider Electric dan Nvidia Kembangkan Desain Data Center Berbasis AI
Peningkatan penggunaan daya akibat penggunaan AI yang semakin luas di data center dan dalam operasional industri akan meningkatkan emisi karbon dan biaya energi jika tidak dikelola dengan cerdas, efisien dan terintegrasi.
Otomasi yang didorong oleh AI dalam manajemen data center, memungkinkan penyedia data center dan colocation mengotomatisasi tugas-tugas rutin, mengurangi beban kerja manual, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan. Misalnya, pemeliharaan sistem server, analisa prediktif terhadap kinerja dan pemantauan sistem dapat ditangani oleh AI.
Sementara itu, komponen seperti sistem pendinginan, back-up power, switchgear juga menjadi krusial dalam memastikan keamanan, keandalan dan ketangguhan operasional data center. Sistem pendinginan harus siap mengatasi risiko overheating pada server akibat peningkatan beban kerja.
Liquid cooling menjadi solusi yang tepat untuk mendinginkan klaster AI yang memerlukan lebih dari 20 kW per rak, di mana air cooling tidak cukup efektif. Switchgear dan back-up power juga perlu memiliki kecepatan, kapasitas daya dan kemampuan prediktif yang dapat mengakomodasi kebutuhan data center masa depan.
Sri Mulyani Jadi Korban Deepfake soal Guru Beban Negara, Apa Itu Deepfake? Cek Cara Mendeteksinya |
![]() |
---|
Kunci Jawaban 3.1 Artificial Intelligence 'AI' dalam Pembelajaran Bagian 1, PINTAR Kemenag |
![]() |
---|
Mahkamah Agung di Australia Tegur Pengacara yang Pakai AI untuk Nota Pembelaan: Banyak Fiktifnya |
![]() |
---|
Teknologi AI dan Platform No-code Dapat Diintegrasikan untuk Tingkatkan Efisiensi Bisnis |
![]() |
---|
Riset Ipsos: Keberhasilan AI Bergantung Pada Kualitas Data dan Tetap Butuh Sentuhan Manusia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.