Kamis, 21 Agustus 2025

Harga Minyak Dunia Anjlok, Dampak Komentar Donald Trump yang  Desak Negara OPEC Pangkas Harga BBM

Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif apabila kelompok produsen minyak tidak menurunkan harga minyak.

Arab News
Persediaan minyak mentah turun 1 juta barel menjadi 411,7 juta barel dalam seminggu hingga 17 Januari 2025. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Empat hari setelah dilantik jadi Presiden AS, Donald Trump mendesak Arab Saudi dan negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC) untuk menurunkan harga minyak dunia.

Permintaan itu diungkap Trump dalam acara World Economic Forum di Davos. Dalam kesempatan itu Presiden AS tersebut mengatakan bahwa dia "terkejut" lantaran OPEC tidak menurunkan harga minyak sebelum pemilu.

Mengetahui hal tersebut, Trump mengancam akan mengenakan tarif apabila kelompok produsen itu untuk tidak "menurunkan harga minyak", sebagaimana dikutip dari BBC International.

"Saat ini harganya cukup tinggi sehingga perang itu akan terus berlanjut," kata Trump, mengacu pada perang Rusia-Ukraina dan menyatakan bahwa harga minyak yang lebih tinggi membantu mempertahankan pendanaan untuk konflik di Moskow.

Baca juga: Rusia Kewalahan Atasi Bencana Pencemaran Minyak di Laut Hitam?

"Anda harus menurunkan harga minyak, itu akan mengakhiri perang itu. Anda bisa mengakhiri perang itu," tambahnya.

Tak hanya itu, Trump juga meminta Riyadh untuk meningkatkan paket investasi AS menjadi 1 triliun dolar AS, naik dari kesepakatan awal sebesar 600 miliar dolar AS.

Adapun langkah ini dilakukan untuk mengisi kekosongan stok minyak buntut menyusutnya persediaan minyak mentah AS yang mencapai level terendah sejak Maret 2022 pada minggu lalu. Membuat harga minyak tidak turun lebih jauh.

Laporan EIA menyatakan, persediaan minyak mentah turun 1 juta barel menjadi 411,7 juta barel dalam seminggu hingga 17 Januari, menandai penurunan mingguan kesembilan berturut-turut.

Sejauh ini negara OPEC maupun pemerintah Riyadh belum memberikan komentar apapun terkait rencana yang diusulkan Trump. Namun pasar minyak terpantau anjlok setelah Trump menyatakan akan mendorong Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah.

Menurut Clay Seigle, peneliti senior bidang keamanan energi di Pusat Studi Strategis dan Internasional, seruan Trump tersebut dapat diterima positif oleh konsumen dan pelaku bisnis, tetapi memunculkan kekhawatiran bagi industri minyak AS dan pemasok global lainnya.

Ini lantaran kebijakan perdagangan Donald Trump yang tidak jelas dapat memicu fluktuasi harga minyak mentah yang lebih tajam dalam waktu dekat.

"Industri energi global saat ini membutuhkan peningkatan investasi dalam proyek-proyek minyak dan gas, tetapi turunnya harga minyak dapat menghambat pengembangan proyek baru," kata Seigle.

Update Harga Minyak

Ketidakpastian atas kebijakan tarif Trump, dan potensi presiden yang baru dilantik akan membebani harga minyak mentah berjangka, Terbukti pasca desakan dilontarkan, harga minyak mentah turun 1 persen.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah jenis Brent turun 50 sen menjadi 77,95 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS turun 31 sen menjadi 74,31 dolar AS per barel.

Tak hanya minyak dunia, harga batu bara terpantau turun pada penutupan perdagangan Kamis. Menurut bursa ICE Newcastle (Australia), harga batu bara kontrak pengiriman Februari 2025 turun 2,90 persen menjadi USD 119 per ton.

Sementara minyak sawit (crude palm oil/CPO) turun pada penutupan perdagangan Kamis. Menurut Trading Economics, harga CPO turun 0,40 persen menjadi MYR 4.191 per ton.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan