Buah Simalakama Konsumen Meikarta, Stop Cicilan Kena BI Checking, Lanjut Cicilan tapi Tak Dapat Unit
Terhitung sudah 8 tahun ia mencicil apartemen tersebut, tetapi unit yang dibeli tak kunjung ada di tangannya.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tri tak bisa berbuat banyak menghadapi cicilan apartemen Meikarta yang ia beli pada tahun 2017. Ia bagai memakan buah simalakama.
Terhitung sudah 8 tahun ia mencicil apartemen tersebut, tetapi unit yang dibeli tak kunjung ada di tangannya. Padahal, ia dijanjikan menerima unitnya pada 2019.
Mau menyetop cicilannya pun juga tak bisa. Tri terpaksa tetap membayar bunganya setiap bulan.
Sebab, jika menyudahinya, ia terancam mendapat skor BI Checking yang buruk karena terdeteksi menunggak cicilan.
Baca juga: Jeritan Konsumen Meikarta Tak Kunjung Dapat Unit Apartemen, Prabowo ke Menteri Ara: Bela Hak Rakyat
"Bunganya masih saya bayar. Kalau enggak, BI checking saya akan jelek untuk lainnya," katanya ketika berdialog bersama Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait di Jakarta, Senin (21/4/2025).
BI Checking atau SLIK OJK adalah singkatan dari Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan.
BI checking digunakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mencatat lancar atau macetnya pembayaran kredit (kolektibilitas) seseorang.
Karena informasi yang ada di dalam SILK OJK bisa dibilang sangat akurat, sehingga perbankan dan lembaga keuangan kerap memanfaatkan BI Checking untuk memeriksa seseorang ketika mengajukan permohonan kredit seperti rumah atau kendaraan.
Apabila skor BI Checking buruk, maka hal tersebut dapat menjadi hambatan besar dalam perolehan kredit di masa mendatang.
Tri mengaku membayarkan cicilan bunga setiap bulannya sebesar Rp 2,5 juta. Jumlah total bunga yang ia bayarkan sudah lebih besar dari nilai apartemen yang ia bayarkan.
"Jadi, kau masih bayar bunga?" tanya Maruarar.
"Masih bayar. Nilainya double dari biaya pelunasannya sebenarnya, Pak," jawab Tri.
Tak hanya Tri, ada juga Krisna, seorang wanita berkacamata yang juga menjadi korban dari apartemen Meikarta.
Tri mengaku enggan menyudahi pembayaran cicilan terhadap Meikarta karena takut skor BI Checking-nya jelek.
Meski rutin mencicil, nasibnya sama dengan Tri. Krisna tak kunjung mendapatkan unit apartemen yang dibeli.
Baca juga: Cerita Konsumen Meikarta Cicil Apartemen 8 Tahun, Tak Dapat Unit, Kesehatan Mental Terganggu
"Beberapa tahun ini, lima tahun lebih, tidak pernah ada kabar. Bahkan selalu kalau customer service datang, tidak ada penjelasan. Kami mau lihat unit pun tidak diperbolehkan, untuk cek, tanpa alasan," kata Krisna.
"Waktu itu suami saya sampai marah-marah. Kami sudah bayar setiap bulan. Karena kalau enggak bayar, kami pasti akan kena BI checking, nanti nama kami jelek," ujarnya.
Presiden minta diselesaikan
Presiden Prabowo Subianto meminta agar permasalah Meikarta diselesaikan.
Hal itu diungkap oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait. Ia telah menyampaikan langsung ke Prabowo mengenai permasalahan Meikarta.
Diketahui, puluhan konsumen Meikarta menuntut ganti rugi kepada pengembang Apartemen Meikarta yang juga merupakan anak perusahaan PT Lippo Cikarang Tbk, yaitu PT Mahkota Sentosa Utama (MSU).
Para konsumen mayoritas menginginkan uang mereka kembali karena belum menerima unit apartemen yang dijanjikan pengembang.
Ketika melakukan kunjungan ke Qatar, Ara, sapaan akrab Maruarar, mengatakan bahwa ia telah memberi tahu kepada Prabowo mengenai permasalahan Meikarta.
Di situ, ada juga Ketua Satgas Perumahan, Hashim Djojohadikusumo, yang hadir ketika Ara memberi tahu Prabowo.
"Presiden sudah minta dibereskan dengan prinsip-prinsip hukum dan keadilan karena presiden kita presiden yang sangat menjunjung hak-hak rakyat dan kebenaran serta keadilan. Kita cari solusi yang terbaik," kata Ara ketika berdialog dengan konsumen Meikarta di kantornya yang berlokasi di gedung Wisma Mandiri 2, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).
Sebagai informasi, pada Rabu pekan ini, Ara dijadwalkan melakukan pertemuan dengan James Riady dan John Riady.
James Riady adalah bos dari Lippo Group, sedangkan John Riady merupakan anaknya yang menjabat sebagai CEO Lippo Karawaci dan juga Direktur Lippo Group.
"Saya hari Rabu undang James Riyadi sama anaknya John Riyadi untuk membahas Mekarta di sini. Saya sudah telepon dia dan dia oke datang," kata Ara, Rabu (16/4/2025).
Di depan awak media, Ara menandatangani langsung undangan kepada pihak Lippo Group dan konsumen.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.