Minyak Dunia Bullish, Naik Tipis usai Perang Dagang China vs AS Diisukan Mereda
Harga minyak dunia WTI hingga Brent di laporkan bullish, naik tipis di penutupan perdagangan Jumat (25/4/2025) setelaah perang dagang diisukan mereda
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM – Harga minyak dunia WTI hingga Brent di pasar global dilaporkan bullish, naik tipis di penutupan perdagangan Jumat (25/4/2025).
Mengutip laporan Anadolu pada Jumat, 25 April 2025, patokan minyak mentah WTI, naik 0,95 persen, melonjak hingga dibanderol 62,86 dolar AS per barel.
Sementara patokan internasional, harga minyak mentah Brent, diperdagangkan 0,7 persen lebih tinggi pada harga 66,58 dolar AS per barel.
Adapun lonjakan ini terjadi merespons komentar dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyebutkan bahwa perang dagang dengan Tiongkok mulai mereda dan "tidak berkelanjutan,".
Isu de-eskalasi dalam perang dagang dan potensi pembukaan pembicaraan tarif dan perdagangan antara China-AS juga dibenarkan sumber kepercayaan Gedung Putih .
Dalam keterangan resmi, diungkap bahwa Trump sedang mempertimbangkan rencana untuk memangkas tarif impor China dalam upaya untuk meredakan ketegangan.
Apabila rencana tersebut direalisasikan, maka tarif impor barang-barang asal China dapat turun dari level saat ini sebesar 145 persen menjadi antara 50 persen atau 65 persen.
AS menyadari penerapan tarif impor sebesar 145 persen terhadap China sangat besar.
Oleh karenanya ia mengatakan nantinya tarif impor terhadap China tidak akan sebesar 145 persen.
Meredanya perang dagang meningkatkan optimisme pasar bahwa kedua negara akan mencapai kesepakatan perdagangan.
Lebih lanjut tanda-tanda perubahan kebijakan dari Federal Reserve AS juga memberikan sentimen positif.
Karena hal ini mempengaruhi nilai tukar dolar dan daya beli global, yang pada gilirannya mempengaruhi permintaan energi.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Imbas Risalah Donald Trump Setop Bantuan Militer ke Ukraina
Ada Potensi Kenaikan Stok Minyak Global
Meskipun saat ini ada kenaikan harian, kedua acuan harga minyak tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan mingguan masing-masing.
Ini lantaran organisasi negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana meningkatkan produksi bulan ini dan diperkirakan akan mempertahankan laju tersebut hingga Juni.
Hal itu diungkap tiga sumber yang mengetahui pembicaraan internal OPEC+ yang menyatakan kepada Reuters bahwa anggota blok tersebut akan mengusulkan percepatan peningkatan produksi minyak hingga Juni.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.