Selasa, 2 September 2025

Cenderaloka

Suryoart Craft, Dari Hobi Jadi Kerajinan Lokal Bernuansa Budaya yang Mendunia

Keunikan produk Suryoart terletak pada konsistensinya mengangkat kearifan lokal melalui pendekatan artistik, baik dari segi desain.

Editor: Andra Kusuma
TribunSolo.com
Perang Baratayuda dalam lukisan hiasan dinding berbahan kulit kambing karya Agus Suryo. 

TRIBUNNEWS.COM - Di balik eksistensi produk kerajinan tangan yang kaya akan nilai budaya Indonesia dan kini telah menembus pasar global, terdapat sosok Agus Suryo, seorang perajin asal Sukoharjo, Jawa Tengah. Melalui brand Suryoart Craft, pria kelahiran 1976 ini telah konsisten menekuni kerajinan etnik sejak 2011 berawal dari hobi yang berkembang menjadi usaha serius.

“Saya memang suka kerajinan sejak lama. Lingkungan juga mendukung saya untuk fokus di pembuatan souvenir bernuansa budaya,” ujar Agus Suryo dalam wawancara bersama Cenderaloka (12/06/2025).

Dari kegemarannya itu lahir berbagai karya bernilai seni tinggi, seperti wayang, topeng, ornamen khas Jawa, dan berbagai bentuk ukiran.

Keunikan produk Suryoart terletak pada konsistensinya mengangkat kearifan lokal melalui pendekatan artistik, baik dari segi desain maupun pemilihan bahan baku yang sebagian besar berasal dari sumber lokal dan ramah lingkungan seperti kayu, kulit, bahkan aluminium bekas yang diolah kembali menjadi produk fungsional seperti plakat dan gantungan kunci.

Produk Handmade Bernilai Sosial

Karya vandel dan suvenir di Suryo Art
Karya vandel dan suvenir di Suryo Art (TribunSolo.com/Chrysnha Pradipha)

Agus menegaskan bahwa seluruh produknya dibuat secara handmade.

Bagi Suryoart, ini bukan sekadar proses produksi, tetapi bagian dari komitmen sosial untuk memberdayakan masyarakat sekitar.

“Kami libatkan mitra plasma dalam proses produksi. Dengan cara ini, masyarakat bisa ikut mendapatkan penghasilan dan ikut terlibat dalam pelestarian budaya,” jelasnya.

Produk-produknya pun tak hanya diminati oleh masyarakat lokal, namun juga telah merambah pasar internasional.

Beberapa negara tujuan ekspor di antaranya Amerika Serikat, Belanda, Rusia, Jepang, Prancis, hingga Kaledonia Baru.

Tak sedikit juga instansi pemerintah dan kantor perwakilan luar negeri yang memesan produk Suryoart sebagai dekorasi khas Indonesia.

Tantangan dan Strategi Bertahan

Seperti banyak pelaku UMKM lainnya, Suryoart menghadapi berbagai tantangan.

Salah satunya adalah adaptasi terhadap pemasaran digital yang terus berkembang, serta keterbatasan modal dan SDM terampil.

“Ini kerajinan art craft, jadi tidak semua orang bisa langsung membuat produk sesuai standar kami,” tutur Agus.

Untuk mengatasinya, Suryoart menetapkan standar operasional produksi yang ketat serta membangun stok harian di showroom-nya di Purbayan, Baki, Sukoharjo.

“Kalau ada pesanan besar, kami sudah siap. Kualitas tetap terjaga,” tambahnya.

Kolaborasi dan Semangat Gotong Royong

Meski telah sukses menembus pasar global, Suryoart tetap terbuka untuk kolaborasi dengan sesama pengrajin.

Strategi ini tidak hanya memperkuat kapasitas produksi, tapi juga menjadi solusi atas keterbatasan tenaga ahli.

"Satu produk bisa dikerjakan oleh beberapa pengrajin dengan keahlian berbeda.

Nanti kami rakit sesuai standar kami," jelas Agus.

Baginya, kolaborasi bukan hanya bagian dari strategi bisnis, tetapi juga bentuk nyata semangat gotong royong dalam menjaga warisan budaya bangsa.

Baca juga: Bersama Cenderaloka, Harapan Baru UMKM Lokal untuk Go Digital

Produk Suryoart di Ajang Internasional

Merchandise G20 karya produk UMKM Suryo Art
Merchandise G20 karya produk UMKM Suryo Art (Suryo Art)

Prestasi Suryoart tak berhenti di pasar ekspor.

Pada tahun 2022, usaha Agus Suryo terpilih sebagai salah satu dari 20 UMKM nasional yang menjadi pemasok souvenir resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Dari 1.200 UMKM yang mendaftar ke Kementerian Koperasi dan UKM, hanya 20 yang lolos dan Suryoart salah satunya.

Sebanyak tiga produk unggulannya, termasuk vandel dan tempat bolpoin berhiaskan motif wayang kulit khas Jawa, terpilih menjadi official merchandise KTT G20.

“Ciri khas kami ada di unsur wayang, bahkan logonya pun ada unsur gunungan,” ujarnya.

Baca juga: Julia Craft, UMKM Kreatif Asal Klaten dengan Sentuhan Personal di Setiap Produk

Menjaga Budaya Lewat Inovasi

Sebagai lulusan Teknik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Agus memadukan keahlian teknis dan kecintaan pada budaya lokal untuk menciptakan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga bermakna.

Salah satu pesan yang ia bawa lewat Suryoart adalah bahwa kerajinan tradisional tak harus kalah dengan produk modern asal dikerjakan dengan hati, inovasi, dan komitmen pada kualitas.

Melalui showroom-nya di Jl. Melati 3 No. I-3 Perum Tiara Ardi, Sukoharjo, Agus Suryo membuktikan bahwa UMKM lokal bisa berbicara di panggung global.

Ia telah menjadikan Suryoart bukan hanya sebagai bisnis, tapi juga jembatan budaya Indonesia kepada dunia. (*)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan