Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Ketua Banggar DPR Kritik Keras WTO, IMF, dan Bank Dunia yang Tak Tegas Hadapi Kebijakan Tarif AS
Said Abdullah, melontarkan kritik tajam terhadap lemahnya peran lembaga-lembaga internasional merespons kebijakan tarif impor sepihak AS.
Penulis:
Fersianus Waku
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, melontarkan kritik tajam terhadap lemahnya peran lembaga-lembaga internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia dalam merespons kebijakan tarif impor sepihak Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan tarif impor terhadap puluhan negara, termasuk Indonesia, sebagai bagian dari kebijakan proteksionisme ekonomi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Terbaru, tarif umum untuk produk Indonesia akhirnya diturunkan dari 32 persen menjadi 19% setelah negosiasi antara Trump dan Presiden Prabowo Subianto.
Namun, sebagai imbal balik, Indonesia menyetujui pembelian produk AS senilai miliaran dolar, termasuk 50 unit pesawat Boeing, produk pertanian, dan energi.
Said menegaskan,saatnya para pemimpin dunia untuk menghimpun kembali komitmen internasionalnya, menguatkan kembali kelembagaan internasional seperti WTO, IMF dan Bank Dunia.
Menurutnya, hal tersebut diperlukan agar tidak ada lagi satu atau dua negara yang dengan bebas berlaku sewenang wenang, dan egois.
"Kalau memang dunia sudah tidak memerlukan keberadaan lembaga lembaga internasional tersebut, lebih baik di bubarkan. Daripada keberadaanya seperti tidak ada," kata Said kepada wartawan, Rabu (23/7/2025).
"Buat apa kita iuran ada WTO, IMF dan Bank Dunia kalau nyatanya malfunction. Malah habiskan biaya tiada guna," ujar Said.
Kebijakan tarif impor yang diberlakukan AS, menurut Said, merupakan bentuk ketidakkonsistenan terhadap prinsip perdagangan bebas yang justru dahulu gencar dikampanyekan oleh negara-negara maju.
Namun ketika mulai kalah bersaing, lanjut dia, AS justru memberlakukan proteksi terhadap produk asing.
"Lucu sekaligus sedih, tidak ada satu pun negara yang membawa kasus ini ke sidang WTO. Semua ramai-ramai berunding dengan AS dengan posisi tawar yang lemah. Jadinya bukan berunding, tetapi mengiba belas kasih," ungkap Said.
Said menilai, sejak memuncaknya perang dagang antara AS dan China pada 2018, hingga kini tak ada intervensi berarti dari WTO.
Padahal, lembaga itu semestinya menjadi penjaga tata kelola perdagangan global yang adil dan non-diskriminatif.
"Kenapa WTO diam? Diamnya WTO makin menegaskan bahwa kelembagaan WTO hanya diperlukan bila sejalan dengan kepentingan negara-negara maju sepert AS, bila tidak sejalan tidak diperlukan lagi," tegas Said.
Said mengingatkan, WTO, IMF, dan Bank Dunia dibentuk berdasarkan semangat multilateralisme pasca-Depresi Besar dan Perang Dunia II, agar perdagangan dan sistem keuangan global dapat dikelola secara kolektif dan adil.
Namun kini, kata dia, kelembagaan internasional itu tampak tak berfungsi saat dibutuhkan.
Said pun mendorong pemimpin dunia untuk membenahi secara serius lembaga-lembaga tersebut. Jika tidak, lebih baik negara-negara fokus memperkuat kerja sama bilateral dan kawasan, seperti melalui G20, BRICS, atau ASEAN.
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
---|
Industri Otomotif Kehilangan 51.500 Lapangan Kerja Akibat Tekanan Tarif Dagang |
---|
Trump Murka, Siap Gugat ke Mahkamah Agung Usai Tarif Dagang Andalannya Dinyatakan Ilegal |
---|
Acuhkan Ancaman Tarif Trump, India Tingkatkan Ekspor Minyak dari Rusia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.