Rabu, 27 Agustus 2025

100 Ribu Ton Beras di Gudang Bulog Terancam Tak Layak Konsumsi, Negara Bisa Rugi Rp 1,2 T

Ada potensi penurunan mutu beras milik Perum Bulog yang jumlahnya diperkirakan mencapai 100 ribu ton.

WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
BERAS TAK LAYAK KONSUMSI - Pekerja mengangkut beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta. Saat ini ada potensi penurunan mutu beras milik Perum Bulog yang jumlahnya diperkirakan mencapai 100 ribu ton. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan adanya potensi disposal atau penurunan mutu beras milik Perum Bulog yang jumlahnya diperkirakan mencapai 100 ribu ton.

Dwi mengatakan beras tersebut tersimpan dalam gudang filial atau gudang milik pihak ketiga yang bekerja sama dengan Bulog.

"Perhitungan saya disposal tahun ini bisa lebih dari 100 ribu ton," kata Dwi Andreas dalam acara Diskusi Publik Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional di kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2025).

Beras yang masuk kategori disposal yakni sudah tidak layak dikonsumsi manusia.

Meski begitu, beras tak layak konsumsi tersebut tidak serta merta dibuang begitu saja, melainkan bisa dimanfaatkan untuk hal lain.

Beras disposal bisa digunakan sebagai pakan hewan dengan syarat tidak tercemar racun seperti aflatoksin. Jika sudah terkontaminasi, beras tidak bisa dipakai untuk pakan.

Lalu, beras disposal ini bisa juga digunakan untuk bahan baku etanol meski penggunaannya juga terbatas karena industri etanol dalam negeri jarang memakai beras sebagai bahan dasar.

Beras disposal ini sepenuhnya tidak bisa lagi menjadi bahan pangan masyarakat. Sebanyak 100 ribu ton beras disposal ini merupakan sisa hasil pengadaan impor tahun lalu.

Sebagaimana diketahui, menurut data terakhir Bulog, total cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog mencapai 3.913.177,71 ton.

Dari 3,9 juta ton CBP, ada beras yang berusia tujuh sampai 12 bulan sebanyak 993.481,53 ton dan usia di atas satu tahun ada 194.100,84 ton.

Usia beras itu sebenarnya bisa lebih dari setahun karena bisa saja sebelum masuk Indonesia, beras impor tersebut sudah tersimpan cukup lama di negara asal.

Baca juga: Kejagung Pilih Hentikan Sementara, Kasus Beras Oplosan Kini Ditangani Satgas Pangan Polri

"Belum lagi ketika dia berada di negara yang sebelum diekspor ke Indonesia. Bisa jadi hampir dua tahun. Dua tahun itu sudah sangat tidak layak sebenarnya dikonsumsi," ujar Dwi Andreas.

Beras disposal ini memang masih memiliki bentuk fisik yang bagus karena beras impor premium biasanya hanya memiliki butir patah atau broken sebesar 5 persen. Namun, dari sisi rasanya sudah jauh menurun.

Baca juga: Modus Produsen Beras Nakal: Tak Pernah Uji Lab, Langsung Labeli Premium Dijual dengan Harga Tinggi

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu juga mengungkap bahwa beras disposal ini berpotensi merugikan negara Rp 1,2 triliun.

Dia bilang, kerugian ini karena beras tersebut sudah pasti akan dijual dengan harga sangat rendah karena dijual sebagai pakan. 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan