Jumat, 19 September 2025

Autokritik Menperin: Tranformasi Digital Sektor Industri Berjalan Lambat

Menurut Menperin, pihaknya terus mendukung terciptanya ekosistem inovasi di Indonesia agar semakin kokoh

Editor: Sanusi
HO
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025 di Jakarta, Rabu (17/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor manufaktur di Indonesia masih belum optimal dalam menerapkan teknologi industri 4.0 dalam proses produksinya sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional juga belum maksimal. 

Oleh karena itu, diperlukan upaya strategis untuk mempercepat terbentuknya ekosistem transformasi digital sehingga sektor industri manufaktur di tanah air bisa semakin inovatif dan berdaya saing global.

“Indonesia sebagai negara besar dan negara yang kaya sumber daya alam belum dapat mengadopsi, menerapkan inovasi, untuk pertumbuhan ekonomi,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025 di Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Baca juga: Menkeu Geser Rp200 Triliun Kas Negara ke Perbankan, Menperin: Angin Segar untuk Industri Nasional

Menperin mengemukakan, kondisi tersebut berdasarkan laporan Global Innovation Index (GII) 2024 yang dirilis World Intellectual Property Organization (WIPO), Indonesia menempati peringkat ke-54 dari 133 negara, serta berada di peringkat ke-8 di antara kelompok negara upper-middle income. 

“Dalam laporan tersebut, tercatat bahwa enam indikator Indonesia mengalami perbaikan dalam jangka pendek. Perbaikan itu meliputi publikasi ilmiah, investasi penelitian dan pengembangan (R&D), jumlah paten internasional, konektivitas digital, penggunaan robot, serta produktivitas tenaga kerja,” ujarnya.

Namun demikian, lanjut Menperin, yang perlu menjadi catatan dari data tersebut antara lain adalah perbandingan dengan data tahun sebelumnya, negara-negara yang menempati peringkat di atas Indonesia, dan posisi negara-negara di Asean. 

“Karena dari catatan ini, kami bisa pelajari negara-negara yang di atas peringkat kita, sehingga kita bisa menyusun kebijakan untuk mengejar peringkat yang lebih baik lagi. Untuk memperbaiki ranking tersebut, tentu masih banyak homework yang harus diselesaikan, dan banyak hal-hal yang harus dibenahi untuk mempercepat transformasi digital di sektor industri,” imbuhnya.

Baca juga: Menperin Agus Gumiwang: 5 Tahun Terakhir Kinerja Industri Padat Karya Cukup Fluktuatif

Selain itu, Agus juga menyampaikan data Indonesia dalam World Digital Competitiveness Ranking 2024 yang dirilis oleh International Institute for Management Development (IMD). Indonesia berhasil naik dua peringkat dari tahun sebelumnya sehingga kini menempati posisi ke-43 dari 67 negara.

“Walaupun Indonesia dari tahun sebelumnya bisa naik dua peringkat, namun untuk tingkat digital competitiveness kita ini masih jauh dari memuaskan. Kalau ranking 43 dari 120 negara, itu masih oke,” tuturnya. Dari tiga faktor utama yang diukur, salah satu yang paling menonjol adalah future readiness atau tingkat kesiapan suatu negara dalam memanfaatkan peluang digital. Aspek ini mencakup sikap adaptif, kelincahan bisnis, serta integrasi teknologi informasi yang semakin berkembang di tanah air.

Menperin berharap, keunggulan Indonesia bisa tercemin dari data Manufacturing Value Added (MVA) pada tahun 2024 yang tercatat sebesar USD265,07 milyar (berdasarkan data World Bank), menjadikan Indonesia berada di peringkat-13 top manufacturing countries by value added di dunia. Nilai MVA Indonesia berada jauh di atas negera-negara Asia Tenggara, bahkan jika dibandingkan dengan Thailand yang berada di urutan kedua untuk kawasan Asia Tenggara. MVA Thailand hanya setengah dari nilai MVA Indonesia.

Ciptakan ekositem inovasi

Menurut Menperin, pihaknya terus mendukung terciptanya ekosistem inovasi di Indonesia agar semakin kokoh sekaligus membuktikan komitmen nyata dalam mempercapat upaya adopsi tenkologi digital sebagai fondasi penguatan sektor industri manufaktur. 

Oleh karena itu, Indonesia harus unggul dalam mengembangkan riset ilmiah yang sejalan dengan inisiatif terkini dari para pelaku industri sehingga semakin banyak inovasi yang muncul untuk diusulkan ke Kemenperin dalam rangka penghargaan rintisan teknologo (Rintek).

“Tahun ini, hanya bertambah 15 judul inovasi baru dari 15 perusahaan industri. Kami berharap, peningkatan rintek ini sangat diperlukan agar Indonesia dapat membuktikan bahwa kreativitas di kalangan industri dapat tumbuh subur,” ujarnya. 

Hal ini juga menjadi tanda bahwa ekosistem inovasi nasional semakin matang dan siap bersaing di tingkat global khususnya untuk produk manufaktur nasional.

Lebih lanjut, Menperin menyatakan, kesiapan digital tersebut memberikan dorongan besar bagi dunia usaha untuk meningkatkan produktivitas, mempercepat inovasi, serta menjaga daya saing di pasar global. Digitalisasi juga terbukti menjadi katalis bagi terbentuknya ekosistem industri yang lebih cerdas, berkelanjutan, dan tangguh menghadapi disrupsi. 

“Oleh karena itu, penguatan daya saing digital tidak hanya penting bagi sektor manufaktur, tetapi juga untuk pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan,” ucapnya.

Menperin menambahkan, capaian positif Indonesia dalam peringkat tersebut sejalan dengan bukti nyata dari implementasi transformasi digital di sektor manufaktur. Berdasarkan laporan dari 29 perusahaan National Lighthouse Industri 4.0, digitalisasi telah memberikan dampak signifikan terhadap berbagai aspek kinerja industri pengolahan.

Pada aspek speed-to-market, terjadi percepatan yang luar biasa mulai dari 2 persen hingga 600?lam iterasi desain dan peluncuran produk. Dari sisi agility, perusahaan mampu mengurangi waktu tunggu, mempercepat proses perubahan, dan meningkatkan ketepatan pengiriman dengan peningkatan antara 10% hingga 50%. Dari sisi productivity, peningkatan terlihat hingga 101% seiring dengan efisiensi biaya dan kenaikan efektivitas pabrik.

Transformasi digital 

Tak hanya itu, transformasi digital juga memberikan dampak nyata pada kinerja finansial perusahaan dengan kontribusi peningkatan pendapatan antara 4% hingga 200%. Dari aspek customer experience, perusahaan berhasil meningkatkan keterlibatan pelanggan, mengurangi keluhan, serta mempercepat respons layanan dengan capaian 2% hingga 97%. Dari sisi sustainability, digitalisasi mendorong efisiensi energi, pengurangan konsumsi air, penurunan limbah, hingga pemangkasan emisi gas rumah kaca sampai 190%.

“Pencapaian ini membuktikan bahwa adopsi teknologi digital bukan hanya mendukung pertumbuhan bisnis, tetapi juga berperan strategis dalam memperkuat fondasi pembangunan ekonomi Indonesia yang berdaya saing tinggi sekaligus berorientasi pada keberlanjutan,” tegas Agus.

Dalam kesempatan itu, Menperin mendorong industri-industri di Indonesia untuk terus memperkuat perannya dalam membangun ekosistem industri 4.0 yang solid dan berkelanjutan. Keberhasilan perusahaan menjadi national lighthouse, menurutnya, harus menjadi bukti nyata bahwa transformasi digital mampu menghasilkan peningkatan kinerja signifikan.

“Saya berharap semakin banyak perusahaan yang tidak hanya berhenti pada tingkat nasional, tetapi juga mampu menembus pengakuan internasional sebagai bagian dari Global Lighthouse Network yang diinisiasi World Economic Forum (WEF),” harapnya.

Dengan menjadi percontohan, Menperin optimistis, industri Indonesia dapat menginspirasi sektor lain untuk bertransformasi, memperkuat daya saing, serta memperluas jejaring global. Pada akhirnya, langkah ini akan mempercepat terwujudnya Indonesia sebagai pusat industri modern yang kompetitif di kancah internasional.

Agus juga menegaskan bahwa industri nasional harus senantiasa didorong untuk terus berinovasi, tidak hanya untuk kebutuhan jangka pendek, tetapi juga berorientasi pada keberlanjutan, efisiensi energi, dan pemanfaatan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan Big Data.

“Saya yakin, dengan kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat, Indonesia akan mampu mempercepat langkah menuju visi besar Indonesia Emas 2045 dan menjadi pemimpin dalam revolusi industri di tingkat global,” tegas Menperin.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian bertekad untuk mewujudkan industri dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Kebijakan ataupun program yang berpihak pada kepentingan dalam negeri akan terus kami optimalkan. Saya yakin, pencapaian target industri maupun ekonomi nasional akan berjalan lebih cepat. Kuncinya satu, kita harus bersatu padu, untuk Indonesia Maju,” pungkas Agus.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi melaporkan, Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025 merupakan edisi yang ke-7 sejak pertama kali diselenggarakan pada 2019.

“Acara tahun ini mengusung tema Smart Nation 2025: Building Stronger, Moving Faster Toward Sustainability dan berlangsung selama dua hari, 17–18 September 2025. Kegiatan ini menargetkan lebih dari 6.000 pengunjung dari berbagai pemangku kepentingan ekosistem industri 4.0,” jelas Andi.

Menurutnya, rangkaian acara meliputi CEO Forum, Konferensi dengan lebih dari 65 pembicara nasional dan internasional, Pameran teknologi dengan 36 exhibitor, Workshop, Business Matching, Coaching Clinic untuk 30 perusahaan, Warehouse of Idea, hingga VIP Luncheon.

Selain itu, Andi juga menegaskan bahwa pada kesempatan ini Kemenperin memberikan Penghargaan Rintisan Teknologi Industri (RINTEK) 2025 kepada 15 perusahaan dengan lima kategori, yaitu hasil evaluasi rintisan teknologi, inovasi rintisan, teknologi produk industri manufaktur, teknologi proses industri manufaktur, serta teknologi jasa industri.

“Sejak pertama kali digelar tahun 2006, Penghargaan RINTEK telah melahirkan 136 judul rintisan teknologi dari 89 perusahaan industri. Kami berharap penghargaan ini dapat memacu penciptaan teknologi baru sekaligus mempercepat adopsi teknologi dalam negeri,” ujar Andi.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan