Selasa, 18 November 2025

Kolaborasi Pemerintah-Industri Terus Didorong demi Kejar Swasembada Energi

Aspebindo bersama Indonesian Petroleum Association (IPA) menyelenggarakan Aspebindo Energy Executive Forum 2025.

handout
SWASEMBADA ENERGI - Penyelenggaraan Indonesian Petroleum Association (IPA) 2025 membahas ketahanan dan kemandirian energi nasional. 

 

Ringkasan Berita:
  • Pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan asosiasi untuk kemandirian energi.
  • Realisasi produksi batu bara tahun ini mendekati 90 persen dari target.
  • Kebutuhan minyak dan gas akan terus meningkat dalam beberapa dekade ke depan. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) bersama Indonesian Petroleum Association (IPA) menyelenggarakan Aspebindo Energy Executive Forum 2025.

Ajang tersebut merupakan forum eksekutif yang mempertemukan pemangku kepentingan lintas sektor untuk membahas ketahanan dan kemandirian energi nasional.

Ketua Umum Aspebindo Anggawira, menegaskan, pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan asosiasi.

Ia menyoroti persoalan aktual terkait pasokan batu bara untuk PLN. 

“PLN saat ini menghadapi dinamika harga batu bara yang tidak match dengan struktur kebutuhan mereka. Mudah-mudahan melalui forum ini kita bisa menemukan titik temu harga yang lebih ideal dan berkeadilan bagi semua pihak,” ujarnya dikutip Selasa (18/11/2025).

Menurutnya, energi merupakan salah satu komitmen utama Presiden Prabowo Subianto dan pemerintah tengah mendorong optimalisasi migas, minerba, serta potensi energi masyarakat sebagai future business strategis.

Dalam paparan dari sektor batu bara disampaikan Plt. Direktur Eksekutif APBI, Gita Mahyarani, menjelaskan realisasi produksi batu bara tahun ini mendekati 90 persen dari target, namun industri masih menghadapi tantangan signifikan. 

Gita juga menyoroti tantangan RKAB, perizinan, dan perlunya keseimbangan antara kebutuhan domestik dan ekspor.

Perwakilan IPA, Marjolin Wajong memaparkan outlook migas Indonesia yang menunjukkan kebutuhan minyak dan gas akan terus meningkat dalam beberapa dekade ke depan. 

“Tren produksi migas menurun, sementara sekitar 50 persen potensi migas Indonesia belum dieksplorasi dan membutuhkan biaya serta teknologi tinggi. Indonesia harus semakin kompetitif untuk menarik investor global,” ujarnya. 

Baca juga: DEN: Bioavtur Minyak Jelantah Bisa Jadi Jalan Menuju Swasembada Energi

IPA juga menekankan pentingnya kepastian kontrak jangka panjang dan revisi regulasi migas untuk memperkuat iklim investasi serta menarik modal eksplorasi dan produksi.

Pada sesi energi terbarukan, Fabby Tumewa dari IESR, menyoroti peluang percepatan pemanfaatan PLTS atap, biofuel, waste-to-energy, hingga potensi co-firing biomassa di PLTU sebagai langkah praktis dalam mendukung ketahanan energi sekaligus mengurangi ketergantungan impor.  

Baca juga: Dukung Swasembada Energi, PHE Kokohkan Peran di Hulu Migas Nasional

Fabby menyampaikan, tanpa ketersedian energi bersih dengan harga yang terjangkau, investor akan mencari tempat lain untuk investasi.

Akademisi dan pengamat energi dari Tri Sakti, Komaidi Notonegoro menekankan pentingnya keseimbangan dalam menentukan harga energi.

Setiap kenaikan harga energi akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Pada saat yang sama, harga energi yang terlalu rendah akan mematikan industri energi dan mengancam ketahanan energi nasional.

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved