DEN: Bioavtur Minyak Jelantah Bisa Jadi Jalan Menuju Swasembada Energi
SAF dari minyak jelantah menjadi langkah penting dalam menjaga ketahanan energi nasional.
Penulis:
Malvyandie Haryadi
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lifting perdana Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur dengan campuran minyak jelantah, dinilai positif anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Abadi Poernomo.
Dewan Energi Nasional (DEN) adalah lembaga nasional yang bersifat mandiri dan tetap, dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008. DEN bertanggung jawab atas perumusan dan pengawasan kebijakan energi nasional di Indonesia.
Abadi Poernomo menyebut, lifting Kilang Cilacap ini sebagai kado HUT ke-80 Republik Indonesia dari Pertamina untuk kemandirian energi dan upaya menuju swasembada energi.
“Ya, bisa disebut begitu (kado HUT RI). Ini langkah yang positif dari Pertamina. Karena kalau mau swasembada energi, memang harus mencari alternatif-alternatif energi selain fosil,” ujar Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Abadi Poernomo kepada wartawan hari ini, Sabtu (16/8/2025).
Abadi juga menyebut, SAF dari minyak jelantah menjadi langkah penting dalam menjaga ketahanan energi nasional.
Pasalnya, minyak jelantah sebagai bahan baku tersedia sangat melimpah di Indonesia. Bahkan di berbagai negara, lanjutnya, penggunaan bioavtur dari minyak jelantah pun sudah banyak dipakai.
”Bisa banget. Sebab, volume minyak jelantah kita kan banyak banget ya. Cuma yang Saya pesankan adalah harus ada konsistensi,” lanjutnya.
Abadi mencontohkan, jika SAF tersedia di Bandara Soekarno-Hatta, maka di Surabaya juga harus tersedia. ”Jadi kita harus menetapkan, semua bandara di Indonesia harus tersedia SAF itu. Kecuali jika sifatnya masih uji coba,” imbuh Abadi.
Abadi juga sepakat, kualitas SAF dari minyak jelantah produk Pertamina tentu memenuhi standar penerbangan.
”Rencana kita untuk SAF, minyak jelantah yang digunakan sebesar 2 persen. Itu dicoba oleh Garuda Indonesia saat penerbangan Jakarta-Semarang ternyata oke. Enggak masalah,” kata dia.
Namun Abadi juga berharap, agar Pertamina tetap menjaga harga SAF dari campuran minyak jelantah tersebut. Setidaknya, tak ada perbedaan yang terlalu besar antara harga SAF dengan avtur biasa.
Baca juga: Pakar: Pengembangan Bioavtur dari Minyak Jelantah Jadi Solusi Energi Alternatif
Sebelumnya, PT KILANG Pertamina Internasional (KPI) meluncurkan lifting atau pengiriman perdana produk Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan dasar minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) dari Kilang Cilacap.
Lifting ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan bahan bakar ramah lingkungan di Indonesia sekaligus mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Bioavtur hasil produksi Green Refinery Kilang Cilacap ini akan digunakan dalam penerbangan komersial oleh maskapai Pelita Air dengan rute Jakarta–Denpasar pada pertengahan Agustus 2025.
Baca juga: Pertamina Jajaki Kemitraan Strategis dengan Penyedia Teknologi Guna Kembangkan Bioavtur
Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Adityawarman menyebut pengiriman perdana ini sebagai kebanggaan nasional karena melibatkan inovasi energi bersih hasil karya anak bangsa.
"Pengiriman perdana SAF berbahan baku minyak jelantah ini adalah langkah besar dalam mendukung kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan,” kata Taufik saat di Cilacap, Selasa, 12 Agustus 2025.
Raih Fortune Global, Bukti Komitemen Pertamina Wujudkan Asta Cita Swasembada Energi |
![]() |
---|
Pertamina Investor Day 2025: Perkuat Bisnis Menuju Energi Berkelanjutan dan Swasembada Energi |
![]() |
---|
Wakil Ketua DEN: Negosiasi Tarif Resiprokal dengan AS Idealnya Bisa Turun ke 10 Persen |
![]() |
---|
Pertamina dan ACWA Power Arab Saudi Jalin Kerja Sama Kembangkan Teknologi Energi Bersih Skala Global |
![]() |
---|
Swasembada Energi Dinilai Lebih Sulit Dicapai Dibanding Pangan, Begini Dalih Menteri Bahlil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.