Virus Corona
Kisah Tukang Potong Rambut di Tengah Pandemi Corona: Belum di-Lockdown aja Pelanggan Sudah Sepi
Seorang pemotong rambut atau barber di sebuah Barbershop yang berada di Kota Depok mengeluhkan sepinya pelanggan, padahal wilayahnya tidak di-lockdown
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - 'Kalau di-lockdown, nanti enggak ada pelanggan yang datang lagi ya? Begini saja sudah sepi banget pelanggan yang potong rambut ke sini."
Begitulah keluh kesah seorang pemotong rambut atau barber di sebuah Barbershop yang berada di Kota Depok.
Sebut saja namanya Ardi, 24 tahun, warga Bogor yang sudah beberapa tahun ini mengadu nasib ke Depok dengan bekerja menjadi barber di sebuah Barbershop.
Saat Tribunnews.com masuk ke barbershop yang berada di sebuah Ruko berukuran sekitar 3 x 12 meter berlantai dua, suasana terlihat sepi.
Yang terlihat hanya dua orang sedang duduk di beranda ruko sambil menunggu pelanggan datang.
Pintu Ruko dibiarkan terbuka lebar. Dua kursi dan seperangkat peralatan potong rambut, tempat cuci rambut tak terlihat difungsikan.
"Baru saja kami semprot disinfektan, biar engggak ada corona nya, mas. Makanya pintu dibuka dulu," ujar Ardi yang mengaku masih single itu.
Gerakannya cekatan ketika memasang ulang masker di wajahnya agar lebih rapat.
"Setiap hari saya pakai masker dan berulang kali cuci tangan pakai hand sanitizer," ujarnya ceria mendapati pelanggan di awal pekan ini.
Baca: Alasan Anies Baswedan Pertahankan 5 Sektor Ini Jika Karantina Wilayah Dikabulkan Jokowi
Baca: Surat Edaran Pemkot Ambon, Warga Diimbau Berjemur di Bawah Sinar Matahari Mulai Besok Pagi
Sambil memasang handuk pelapis di leher dan jas plastik pelindung tubuh pelanggan, Ardi mengisahkan, ia kini hanya seorang diri bertugas di barbershop tersebut.
"Rekan saya sudah mudik ke Garut. Pelanggannya sepi banget nih. Daripada di sini kenapa-kenapa dan memang tidak ada pelanggan, ia pilih pulang kampung," ujarnya.
Salah seorang rekannya yang bertugas sebagai kasir juga membenarkan kondisi barbershop yang ia kelola sangat sepi pelanggan.
"Sepi bener ini mas," ujarnya dengan mulut-hidung tertutup masker.
Ardi mengisahkan, dua pekan sebelum pemerintah mengumumkan anak sekolah diliburkan dan karyawan diminta bekerja dari rumah, barbershop-nya masih ramai.
Di hari biasa, rata-rata pelanggannya sekitar 20 orang setiap hari.