Dibunuh oleh Polisi di Minneapolis, Kini Jenazah George Floyd akan Dipulangkan ke Kampung Halaman
Jenazah George Floyd (46) yang tewas dibunuh oleh anggota polisi bernama Derek Chauvin di Menneapolis, Minnesota akan dipulangkan ke Houston, Texas.
Penulis:
Ifa Nabila
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Jenazah George Floyd (46) yang tewas dibunuh oleh anggota polisi bernama Derek Chauvin di Menneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, kini akan dipulangkan ke kampung halamannya.
Diketahui, George Floyd lahir dan tumbuh besar di Kota Houston, Texas, AS.
Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, rencana pemulangan jenazah ini diungkapkan oleh Wali Kota Houston Sylvester Turner.
Turner hanya menjelaskan soal rencana membawa jenazah George Floyd ke kampung halamannya.
Namun pihak keluarga George Floyd belum memberi keterangan detail kepada publik.
Baca: George Floyd dan Polisi Derek Chauvin yang Membunuhnya Ternyata 17 Tahun Kerja Bersama Jadi Satpam
Baca: Demo Bela George Floyd Ricuh hingga Tentara Nasional Diterjunkan, Donald Trump Sempat Ancam

"Ini (Houston) adalah kota di mana George Floyd tumbuh besar. Dan jenazahnya akan dipulangkan ke kota ini," ujar Turner, Minggu (31/5/2020).
"Fokus kami adalah membantu dan mendukung keluarga (George Floyd)," sambungnya.
Diketahui, gelombang protes antirasisme yang mendukung George Floyd bergejolak di berbagai wilayah, termasuk Houston.
Kepala Polisi Houston, Art Acevdeo, mengungkapkan pihaknya sudah menangkap lebih dari 130 orang yang berbuat kericuhan dalam demo sejak Jumat (29/5/2020).
Tentara Nasional Diterjunkan untuk Tertibkan Demo
Demo membela George Floyd di hampir seluruh penjuru Amerika Serikat banyak yang berlangsung ricuh.
Pihak pemerintah di berbagai wilayah akhirnya menerjunkan tentara nasional untuk ikut mengawal dan mengamankan jalannya demo.
Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, demo di berbagai wilayah ini tak hanya menyuarakan antirasisme, namun juga diwarnai kekerasan, pengrusakan, hingga penjarahan.
Wali Kota San Francisco, London Breed, akhirnya memutuskan untuk memanggil tentara nasional California untuk mengawal demo, Sabtu (30/5/2020).
Breed menyayangkan demo yang tujuan awalnya positif malah bergeser menjadi saling menyakiti satu sama lain.
"Apa yang kami saksikan malam ini, kekerasan, vandalisme, dan aksi kriminal dilakukan di kota kami, bukan kepada benda mati saja namun kepada orang lain," kata Breed.
"Itu adalah hal yang tidak akan kami toleransi," tegasnya.
Di Kota Emeryville yang tak jauh dari San Fransisco sempat terekam penjarahan besar-besaran serta pengrusakan supermarket seperti Best Buy, BevMo, hinga Urban Outfitters.
Baca: Demo Bela George Floyd Ricuh, Mantan Polisi Sebut Ada Penumpang Gelap yang Ingin Kacaukan Warga AS
Baca: Unjuk Rasa Protes Kematian Floyd Meluas Hampir di Seluruh AS, Warga Tak Peduli Covid-19
Para warga San Fransisco mengaku ketakutan hingga tak bisa tidur nyenyak lantaran khawatir apa yang akan terjadi esok hari.
Diketahui, di berbagai negara bagian, para gubernur juga memanggil tentara nasional sebanyak yang bisa dikerahkan untuk mengamankan daerahnya.
Penumpang Gelap dalam Demo
Daniel Linskey, mantan kepala polisi di Boston, Massachusetts, AS, menganggap ada penumpang gelap dalam demo membela George Floyd.
Linskey menyebut ada kelompok tertentu yang memanfaatkan momen demo itu untuk membuat kekacauan yang lebih parah di tengah masyarakat AS.
Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, Linskey menganggap kelompok tersebut memiliki misi untuk menganggu kestabilan kehidupan masyarakat.
Melihat banyak kericuhan terjadi dalam demo bela George Floyd, Linskey teringat peristiwa penembakan remaja kulit hitam, Michael Brown pada 2014 lalu.
Pihaknya mendapati ada percakapan yang mencurigakan di Twitter dan diduga sebagai pihak teroris.
"Ketika saya di Ferguson untuk (Departemen Kehakiman) bersama dengan jajaran pemerintah Obama setelah penembakan Brown," ungkap Linskey.
"Kami melihat ada beberapa grup teroris dan organisasi di Pakistan dan wilayah lain yang membuat akun Twitter palsu dan rekayasa.
"(Akun Twitter) berkomunikasi dua arah, seolah mengasingkan satu sama lain dan muncul ke publik," sambungnya.

Sementara itu, menanggapi pembunuhan George Floyd oleh Derek Chauvin, Linskey mengaku benci melihat peristiwa rasisme itu.
Linskey menilai, tak ada orang yang tidak benci dengan peristiwa kejam itu.
Ia pun setuju dengan antirasisme yang digaungkan oleh peserta demo.
"Tak ada pihak lain di sini (selain pendukung George Floyd). Polisi setuju dengan para demonstran bahwa ini keterlaluan, polisi (Derek Chauvin) harus dimintai pertanggungjawaban," tegasnya.
Meski demikian, Linskey mengimbau masyarakat untuk waspada karena adanya penumpang gelap dalam demo.
"Tapi sekarang ada orang-orang yang membajak kemarahan warga, yang seharusnya sah-sah saja karena masalah rasisme dalam masyarakat," ujar Linskey.
"Dan mereka menggunakannya (demo) untuk melakukan kekerasan demi tujuan mereka sendiri," imbuhnya.
Linskey meminta para pendemo untuk tidak mudah terhasut orang lain yang mengatasnamakan diri mereka sebagai pembela George Floyd.
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)