Minggu, 7 September 2025

Ibadah Haji 2025

Staf Khusus Menag: Jemaah dan Petugas Haji Jangan Sembarangan Ambil Konten di Tanah Suci

Stafsus Menag Ismail Cawidu, mengingatkan jemaah dan petugas haji 2025 tidak sembarangan mengambil konten di Tanah Suci. 

Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/Rachmat Hidayat
ILUSTRASI IBADAH HAJI - Jemaah haji menjalankan ibadah di Kakbah, Makkah Al-Mukarramah beberapa waktu lalu. Jemaah dan petugas haji 2025 diingatkan agar tidak sembarangan mengambil konten di Tanah Suci.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Staf Khusus Menteri Agama atau Stafsus Menag Ismail Cawidu, mengingatkan jemaah dan petugas haji 2025 tidak sembarangan mengambil konten di Tanah Suci. 

Berbeda dengan Indonesia, di Makkah dan Madinah aturan mengambil konten sangat ketat. 

"Sudah banyak contoh kasus jemaah berurusan dengan askar karena sembrono mengambil konten. Apalagi membuat konten di depan Kakbah," ujarnya.

Ismail Cawidu juga mengimbau para petugas maupun jemaah haji agar aktif membagikan konten positif, edukatif, dan memotivasi selama menjalankan ibadah di Tanah Suci. 

“Masyarakat sangat membutuhkan informasi yang mendidik dan bisa memberi motivasi, bukan justru memunculkan keresahan,” kata Ismail saat menyampaikan materi dalam acara Bimbingan Teknis Petugas Haji 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

Baca juga: Jatah Konsumsi Jemaah Haji Indonesia, Ini Rinciannya Selama di Makkah, Madinah dan Armuzna

Ismail menekankan pentingnya peran ketua kelompok terbang (kloter) dalam mengarahkan jamaah agar bijak dalam menggunakan media sosial. 

Ismail Cawidu mengingatkan agar tidak sembarangan mengunggah konten bernada negatif atau yang bisa menjelekkan pihak lain.

“Ketua kloter harus bisa mengedukasi jemaah soal konten yang dibagikan di media sosial. Jika isinya negatif, sebaiknya tidak perlu diunggah,” tegasnya.

Baca juga: Kemenkes Catat Jemaah Haji Didominasi Lansia dan Miliki Penyakit Penyerta

Ismail juga menyoroti banyaknya informasi di media sosial yang tidak sesuai fakta.

Satu contohnya adalah keluhan soal makanan yang dianggap tak layak konsumsi. 

Menurutnya, ada kasus di mana makanan sebenarnya layak, tetapi karena tidak segera dikonsumsi hingga malam hari, kondisinya berubah dan kemudian diunggah ke media sosial dengan narasi negatif.

“Ini sangat kami sesalkan, karena bisa memicu kesalahpahaman di masyarakat,” katanya.

(Tribun-Timur.com/ Mansur Amirullah)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan