Ibadah Haji 2025
Semangat Baharudin, Jemaah Haji Tuna Netra Asal Tolitoli
Kisah Baharudin, jemaah haji tuna netra asal Tolitoli, berjuang dengan semangat tinggi demi panggilan suci ke Makkah.
Penulis:
Dewi Agustina
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JEDDAH - Baharudin Ratuamas, pensiunan guru dan jemaah haji tuna netra asal Tolitoli, Sulawesi Tengah, menunjukkan semangat luar biasa saat menjalani ibadah haji tahun ini.
Meski sudah kehilangan penglihatan sejak 2014 akibat penyakit glaukoma, Baharudin tetap teguh menunaikan panggilan rukun Islam kelima dengan penuh harapan dan doa.
Pesawat Garuda Indonesia GA 4110 yang membawa Baharudin bersama 355 jemaah lainnya dari kloter BPN 10 mendarat dengan lancar di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Rabu (21/5) siang waktu setempat.
Sesaat setelah tiba, Baharudin tampak duduk sendirian di kursi rodanya di Gate E sambil menunggu diantar oleh petugas bandara ke bus yang akan membawa rombongan menuju Makkah.
Kondisi Baharudin yang tidak bisa melihat membuatnya sempat kebingungan saat pertama kali tiba, terutama karena kendala bahasa dengan petugas Arab Saudi yang membantunya.
“Tadi pas datang bahasa Arab semua, sementara saya tidak melihat, saya jadi bingung,” ungkap Baharudin saat disambangi tim Media Center Haji (MCH 2025).
Baca juga: Tips Agar Jemaah Haji Merasa Aman dan Tidak Bingung ketika di Masjidil Haram
Perjalanan Panjang Penuh Harapan
Baharudin memulai niat berhaji sejak Januari 2013, saat kondisinya masih sehat.
Namun, setahun kemudian, penglihatannya mulai terganggu dan akhirnya tidak bisa melihat sama sekali.
Setelah memeriksakan diri ke dokter, Baharudin didiagnosis menderita glaukoma. Meski sempat ingin menjalani operasi, dokter saat itu tidak mengizinkan.
“Saya tidak bisa melihat sejak 2014. Saya minta bantuan untuk operasi supaya bisa melihat, tapi dokter tidak berani waktu itu,” katanya.
Meski begitu, semangat Baharudin tidak pudar. Ia percaya bahwa panggilan haji ini adalah kesempatan istimewa dan berharap ada keajaiban.
“Mudah-mudahan dengan panggilan haji ini saya bisa melihat lagi. Siapa tahu Allah memudahkan dan mengabulkan doa saya,” harapnya.
Dukungan dan Perhatian dari Petugas dan Keluarga
Dalam keberangkatan ini, Baharudin didampingi oleh keluarga, termasuk dua keponakan, seorang menantu, dan kakaknya yang juga ikut berhaji.
Namun, saat berada di gate kedatangan, Baharudin tidak mengetahui keberadaan mereka karena jemaah lanjut usia dan penyandang disabilitas mendapatkan giliran terakhir menaiki bus menuju Makkah.
Setelah dijelaskan oleh tim media bahwa keluarganya sudah berada dalam bus, Baharudin merasa lega. Ia juga sangat berterima kasih atas bantuan dari petugas haji yang membantunya selama perjalanan.
“Kalau bisa melihat, tidak ada persoalan. Tapi saya tidak bisa melihat, jadi bantuan dari petugas haji yang kita harapkan,” ujarnya tulus.
Baca juga: TIPS HAJI, Masjidil Haram Semakin Padat! Ikuti Langkah Ini Agar Ibadah Aman dan Nyaman
Semangat Tak Pernah Padam
Tenaga Kesehatan Haji (TKH) dari Sulawesi Tengah, Arifandi Yakub, mengungkapkan kekagumannya terhadap semangat Baharudin.
Dari awal keberangkatan di Tolitoli hingga tiba di Palu dan Balikpapan, Baharudin tidak pernah mengeluh, hanya kendala penglihatan yang menjadi tantangan utama.
“Alhamdulillah, berangkat dari Tolitoli sampai Palu lancar tanpa keluhan. Selama di embarkasi Balikpapan juga tidak ada masalah,” terang Arifandi.
Arifandi berharap Baharudin dapat menjadi haji mabrur, pergi dan pulang bersama rombongan dengan selamat.
Ia juga berterima kasih atas dukungan penuh dari petugas haji yang membantu kelancaran perjalanan jemaah.
Data Kloter BPN 10
Kloter BPN 10 yang membawa Baharudin mendarat di Bandara King Abdul Aziz pukul 11.10 waktu setempat. Pesawat Garuda Indonesia GA 4110 mengangkut 356 jemaah dan 4 petugas haji.
Proses pendorongan jemaah penyandang disabilitas dan lansia dilakukan secara tertib, memastikan mereka mendapatkan prioritas dan kenyamanan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.