Manusia Purba Mata Menge Jauh Lebih Purba dari 'The Hobbit' Temuan di Flores
Dia pun mulai menjelaskan fosil yang ditemukan di lokasi bernama Mata Menge di Flores.
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Johnson Simanjuntak
"Sekarang temuan ini menunjukkan bahwa 700 ribu tahun silam leluhur Homo floresiensis telah sama kecilnya dengan manusia hobbit sendiri, dan kedua, ini menghubunglan antara Homo erectus dan Homo floresiensis," ujarnya lagi.
Reviewer independen pada Jurnal Nature, Aida Gomez-Robles dari Jurusan Antropologi George Washington University, mendukung adanya hubungan antara Homo erectus dan Homo floresiensis.
"(Namun), tetap banyak perdebatan mengenai hal ini," kata Dr Gomez-Robles.
"Meskipun saya pikir fosil-fosil ini berasal dari Homo erectus, ada orang yang menganggapnya berasal dari Homo habilis," katanya.
Salah satu pendapat berbeda disampaikan pakar antropologi biologis dari ANU Colin Groves, yang menyatakan tidak cukup fosil untuk memastikan adanya hubungan dengan Homo erectus.
"Saya cenderung di sisi pemikiran lainnya, yang menyatakan bahwa ini berasal dari sesuatu seperti Homo habilis, yang merupakan spesis yang tinggal di Afrika dari 2,3 hingga 1,4 juta tahu silam," ujar Professor Groves.
"Ini adalah spesis ukuran kecil dengan ukuran otak kecil dan gigi yang tampak istimewa, lengan yang agak panjang dan kaki pendek," katanya.
"Mereka menyebar ke dunia tropis purba kira-kira setelah 2 juta silam - kita tak tahu kapan - dan akhirnya berakhir di Flores sejauh ke timur seperti yang dilakukan setiap manusia pra modern," katanya.
Satu-satunya cata membuktikan temuan ini adalah dengan menemukan lebih banyak fosil seperti tulang pergelangan dan tengkorak, pencarian menantang yang siap dilakukan tim peneliti ini.
"Banyak pulau lainnya di wilayah timur Bali dan di antara Asia dan Australia yang mungkin memiliki jenis manusia awal dalam bentuknya yang tidak diketahui, dan tak seorang pun yang mencari tulang-belulang mahluk-mahluk tersebut," kata Dr Adam Brumm.
Dalam Jurnal itu, dinyatakan fosil yang mereka temukan itu berasal dari jenis Homo erectus, yang menunjukkan besarnya kemungkinan terjadinya pembalikan dalam evolusi manusia, dimana tubuh manusia termasuk otaknya, mengalami pengecilan.
Gert van den Bergh dari University of Wollongong menyatakan proses pengecilan itu kemungkinan disebabkan karena mereka terdampar ke pulau dengan ekosistem sederhana dan sedikit predator, sehingga mungkin mereka tidak memerlukan ukuran otak yang besar.
Namun yang jelas bahwa mereka membuat peralatan dari batu, sehingga mereka tidak bodoh.
Arkeolog dari Griffith University Adam Brumm menggambarkan Pulau Flores sebagai percobaan dalam evolusi alamiah.
"Ada manusia jenis awal yang mencapai pulau ini, mereka memiliki teknologi, punya peralatan dari batu, memiliki kecerdasan membuat peralatan sama seperti nenek-moyang kita," katanya.
"Namun hal itu tidak cukup mampu melindungi tubuh mereka dari pengecilan ukuran, seperti yang terjadi pada gajah yang juga terdampar di pulau terpencil," ujar Brumm. (ABC)