Warga Protes Lokasi Bom Atom Hiroshima Jepang Dipajang Lampu Warna-warni
Peringatan 20 tahun tercatat sebagai warisan budaya dunia (World Heritage), lokasi bom atom Hiroshima dipasang iluminasi 35.000 lampu warna warni.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Peringatan 20 tahun tercatat sebagai warisan budaya dunia (World Heritage), lokasi bom atom Hiroshima, diperingati antara lain dengan pemberian iluminasi 35.000 lampu warna-warni di 12 pohon sekitar lokasi tersebut.
Namun pemasangan lampu warna-warni ini mendapat banyak protes dari warga Jepang.
"Saya rasa lokasi seperti itu saja apa adanya tak perlu pakai iluminasi segala," kata Ketua Asosiasi Korban Bom Atom Hiroshima, Kunihiko Sakuma kepada pers.
Sementara Kepala Bidag Ekonomi dan Pariwisata Kota Hiroshima Masao Imatomi kepada Tribunnews.com, Kamis (5/1/2017) menjelaskan bahwa hal ini hanya untuk peringatan 20 tahun tercatat sebagai Warisan Budaya Dunia.
"Tahun depan tentu tidak ada lagi, seperti biasa saja," kata dia.
Lampu iluminasi warna-warni yang disematkan ke berbagai lokasi sekitar tempat jatuhnya bom atom (biasa disebut Gembaku Do-mu) membuat lebih terang lokasi tersebut di malam hari.
Namun tidak sedikit warga Jepang menentangnya karena itu lokasi kesedihan saat bom Atom jatuh di Hiroshima.
"Kesedihan bukan ditanggapi dengan lampu warna-warni begitu, tidak pantas. Lampu iluminasi itu pantasnya buat kegembiraan, peringatan ulang tahun, perkawinan dan sebagainya. Biarlah apa adanya sebagai peringatan, jangan dipasang iluminasi begitu. Kalau lilin tak masalah karena memang juga biasa sebagai bagian dari saat kita berdoa," kata Ayako Takayama seorang warga Jepang kepada Tribunnews.com.
Lilin memang banyak dipakai di lokasi tersebut bulan Agustus setiap tahun peringatan jatuhnya bom atom.
"Kalau lilin banyak kita pakai bulan Agustus saat peringatan jatuhnya bom atom. Tapi kali ini kita pakai iluminasi lampu agar lebih banyak lagi perhatian masyarakat dunia terhadap pentingnya perdamaian di dunia," kata Imatomi.
Biasanya setiap hari hanya ada lampu taman biasa.
"Kalau hari biasa hanya lampu sorot saja sehingga lokasi bom atom tetap terlihat baik oleh sekitarnya," ungkap Imatomi.
Hironari Mito (70), salah seorang relawan Gembaku Do-mu yang biasa menjelaskan lokasi setempat kepada para tamu yang berkunjung, juga tidak suka dengan iluminasi tersebut.
"Iluminasi tersebut kurang baik sebenarnya. Pihak kota harus memferivikasi sebenarnya, pesan perdamaian yang bagaimana yang ingin disampaikan dengan iluminasi tersebut?" tanya dia.
"Untuk mengharmonisasikan perasaan para korban dan memperhatikan perdamaian lebih lanjut, sekaligus mengharmonisasikan masyarakat, iluminasi itu dibuat. Kita juga tak perlu malu-malu menyampaikan perasaan kita," kata Kazumi Matsui, Wali Kota Hiroshima akhir November dalam jumpa pers.
Menurutnya, bukan tujuan untuk turis tetapi untuk membuat simpati masyarakat kepada jiwa dan semangat perdamaian di lokasi tersebut.
"Kita berusaha menyampaikan pesan perdamaian kepada dunia melalui hal ini," kata dia.
Lampu iluminasi dimulai sejak 7 Desember lalu hingga 5 Februari 2017 selama dua bulan dari jam 17.30 hingga jam 22.30 setiap hari.