Rabu, 3 September 2025

Bagaimana tanggapan kaum muda Jepang terhadap pilot kamikaze era Perang Dunia II?

Lebih dari 70 tahun setelah aksi para pilot kamikaze, wartawan BBC bertanya kepada kaum muda Jepang mengenai tindakan para pilot tersebut.

Misi teroris?

Pada masa kini, pilot kamikaze kerap disandingkan dengan teroris yang menjalankan misi bunuh diri. Namun, Kuwahara berkeras keduanya tidak bisa disamakan.

"Saya pikir keduanya amat berbeda. Aksi kamikaze ditempuh pada masa perang, sedangkan serangan kelompok ISIS tidak bisa ditebak," jelasnya.

Anggapan bahwa aksi kamikaze adalah terorisme, menurut Yamada, adalah contoh bahwa kamikaze kerap dimaknai dengan salah. Menurutnya, kata kamikaze yang secara harfiah berarti "angin ilahi", sering kali dipakai dalam bahasa Inggris tanpa memahami konteks sejarah Jepang.

"Saya sakit hati karena kamikaze adalah masa muda saya. Kamikaze tidak bersalah, itu adalah sesuatu yang benar-benar murni, maknanya lebih dalam. Tapi kini kamikaze diperbincangkan seolah-olah kami telah dicuci otak," paparnya.

hirohito
Getty Images
Kaisar Hirohito pada 1942.

Setelah Perang, Kuwahara merasa dibebaskan dan berpikir bagaimana cara membangun Jepang.

Namun, Yamada perlu waktu untuk menyesuaikan diri.

"Saya merasa disorientasi, tidak berdaya, kehilangan keakuan, seolah-olah sukma saya meninggalkan raga," kenangnya.

"Sebagai pilot kamikaze, kami siap mati. Jadi ketika saya mendengar kami telah dikalahkan, saya merasa kehilangan tempat berpijak."

Lantaran merasa perlu mendapat kerja, makan, dan bertahan hidup, dia bisa menjaga kawarasan seusai perang.

Bagaimanapun, alasan utama mengapa dia bisa tetap punya keinginan untuk hidup adalah Kaisar Hirohito. Pria yang dibela mati-matian oleh rakyat Jepang itu memberi contoh berdamai dengan menjabat tangan para jenderal Amerika.

"Kaisar, Yang Mulia, adalah jantungnya Jepang. Saya pikir kehadiran Kaisar Hirohito membantu Jepang pulih dari perang," ujarnya.

Bagi generasi Jepang pascaperang, pengalaman mantan pilot kamikaze tidak terbayangkan, bahkan oleh keluarga para pilot.

"Tatkala saya merenungkan hidupnya, saya tersadar bahwa hidup saya bukan untuk diri saya sendiri. Saya berkewajiban untuk hidup bagi mereka yang terlahir sebagai anak dan cucu para serdadu yang tewas saat perang," kata cucu Yamada, Yoshiko Hasegawa.

Sementara itu, cucu Kuwahara, tidak mengetahui secara pasti apa yang kakeknya lalui sebagai pilot kamikaze.

"Justru Jepang yang damai itulah yang saya ingin ciptakan," kata Kuwahara seraya tersenyum.

Baginya, ketidaktahuan cucunya adalah bukti bahwa Jepang telah melewati masa lalunya yang kelam dan menyakitkan.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan