Tinggalkan Keluarganya, Pria 53 Tahun Hidup Sebagai Gadis 6 Tahun
Gara-gara putusannya menjadi perempuan ternyata tak lantas membuatnya bahagia. Ia sempat ingin bunuh diri karena hal ini.
Penulis:
Tinwarotul Fatonah
Stefonknee pun pindah ke Toronto untuk memulai terapi penggantian hormon, sesuatu yang ia impikan sejak lama.
Gara-gara putusannya menjadi perempuan ternyata tak lantas membuatnya bahagia.
Ia sempat ingin bunuh diri karena dipecat dari pekerjaannya sebagai mekanik.
Tanpa uang, ia terpaksa tinggal di tempat penampungan tunawisma selama berbulan-bulan.
Tapi hidupnya berubah saat ada temannya mau mengadopsi dirinya.
Baca: Cuaca Buruk, Kapal Jolloro di Dermaga Pangkajene Sepi Penumpang

Mereka mengizinkan Stefonknee memakai pakaian anak-anak perempuan dan bermain boneka.
Tak hanya itu, orangtua angkatnya juga mengizinkannya bermain dengan cucu kecil mereka.
"Saya memiliki seorang ibu dan ayah - ibu angkat dan ayah - yang benar-benar merasa nyaman dengan saya menjadi seorang gadis kecil. Dan anak-anak dan cucu mereka sangat mendukung," ungkapnya.
Kegiatannya sekarang adalah bermain dengan cucu orangtua angkatnya seperti menggambar dan mewarnai.
Tanpa rasa malu, ia sering mengunggah hasil permainannya ke media sosial.

Menurutnya, ia ingin menunjukkan pada dunia jika tidak ada yang salah saat seorang pria memutuskan untuk feminin.
Meskipun ada banyak orang bingung dan tidak menerima perubahan gaya hidupnya, Stefonknee mengakui bahwa dia memiliki banyak orang yang setia padanya.
Baca: Bunda yang Lagi Hamil Tua Yuk Ikuti Tips Sehat Ala Dokter Cantik Reisa

Ia juga menerima banyak pesan dari pria di media sosial yang ingin melakukan transisi tapi terlalu takut untuk keluar sebagai transgender.
Kini secara aktif ia mendukung orang-orang ini dan mencoba untuk membantu mereka memahami perasaan sebenarnya mereka.

Stefonknee akhirnya bahagia hidupnya sebagai gadis enam tahun.
"Saya sekarang sudah kembali menjadi anak kecil. Saya tidak ingin menjadi orang dewasa sekarang," katanya sambil senyum lebar. (Tribunnews.com/Tinwarotul Fatonah)