Minggu, 7 September 2025

Pengakuan seorang playboy yang kabur membawa Rp3,2 triliun menggunakan ‘ilmu hitam’

Seorang pria dari Afrika diyakini memiliki 'ilmu hitam' sehingga bisa mengelabui sebuah bank di Dubai untuk menggelontorkan uang yang setara

Salah satu kecanggihan triknya adalah dia tidak perlu berada di Dubai untuk terus menerima uang.

Pada November 1995, beberapa bulan setelah menampilkan atraksi 'sihir' di hadapan Mohammed Ayoub, Sissoko berkunjung ke bank lain di New York.

"Suatu hari dia masuk begitu saja ke Citibank, tanpa membuat janji, dan bertemu dengan kasir bank. Sissoko kemudian menikahi sang kasir," tutur Alan Fine.

"Jelas beralasan untuk meyakini sang kasir yang membuat hubungan Sissoko dengan Citibank lebih nyaman. Dia kemudian membuka rekening dan, seingat saya, melalui rekening itu ada lebih dari US$100 juta dikirim ke Amerika Serikat," lanjutnya.

Faktanya, berdasarkan dokumen kasus perselisihan antara Bank Islam Dubai dan Citibank, lebih dari US$151 juta "didebit oleh Citibank dari rekening Bank Islam Dubai tanpa melewati otorisasi sepatutnya". Kasus itu belakangan digugurkan.

Sissoko memberikan istri barunya lebih dari US$500.000 sebagai tanda terima kasih atas bantuannya menjembatani hubungan dengan Citibank.

"Saya tidak tahu keabsahan pernikahannya, tapi dia (Sissoko) menyebut dia sebagai istrinya dan perempuan itu yakin berstatus istrinya," kata Fine.

"Perempuan itu paham bahwa ada banyak istri lainnya. Ada yang dari Afrika, dari Miami, dari New York."

Foutanga Babani Sissoko
BBC
Foto: Miami Herald

Seiring dengan mengucurnya dana dari bank, Sissoko dapat mewujudkan keinginannya mendirikan maskapai penerbangan di Afrika Barat. Dia membeli pesawat bekas jenis Hawker-Siddeley 125 dan sepasang Boeing 727 usang. Dengan demikian, lahirlah maskapai Air Dabia—nama kampung halaman Sissoko di Mali.

Namun, pada Juli 1996, Sissoko membuat kesalahan serius dengan mencoba membeli dua helikopter Huey dari era Perang Vietnam. Tidak jelas mengapa dia ingin memilikinya.

"Penjelasan dia adalah dia ingin helikopter itu berfungsi sebagai ambulans udara. Namun, dua helikopter ini sangat besar, bukanlah jenis helikopter yang lalu-lalang di atap rumah sakit di Amerika Serikat," kata Fine.

Lantaran helikopter yang diinginkan Sissoko bisa dipakai untuk keperluan militer, moda transportasi itu perlu ijin ekspor khusus. Anak buah Sissoko mencoba mempercepat proses tersebut dengan menawarkan uang suap sebesar US$30.000 kepada petugas bea cukai.

Alih-alih urusan kelar, anak buah Sissoko ditahan. Tak hanya itu, kepolisian internasional alias Interpol merilis surat penahanan Sissoko. Dia ditangkap di Jenewa, saat akan membuka rekening bank di sana.

Tom Spencer, seorang pengacara asal Miami yang diminta untuk membela Sissoko, mengingat jelas adegan saat mengunjungi kliennya di Penjara Champ-Dollon, Jenewa.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan