Pengakuan seorang playboy yang kabur membawa Rp3,2 triliun menggunakan ‘ilmu hitam’
Seorang pria dari Afrika diyakini memiliki 'ilmu hitam' sehingga bisa mengelabui sebuah bank di Dubai untuk menggelontorkan uang yang setara
Salah satu pengacaranya, Prof H T Smith, mengingat bahwa setiap hari Kamis, Sissoko akan berputar keliling kota dan memberikan uang kepada gelandangan.
"Saya berpikir, apakah ini Robin Hood modern? Mengapa pula seseorang mencuri uang dan membagikannya? Tidak masuk akal," kata Smith.
"(Surat kabar Miami) Herald menampilkan artikel setelah dia pergi. Dan saya tidak ingin melebih-lebihkan, tapi seingat saya mereka menulis bahwa mereka bisa menjabarkan US$14 juta yang dia berikan. Dia di sini hanya 10 bulan. Itu kan lebih dari sejuta dollar setiap bulan."
Alan Fine memandang perilaku Sissoko dengan sinis.
"Sebagian besar yang dia bagikan adalah demi pencitraan dan melanggengkan anggapan bahwa dia orang yang sangat berkuasa dan luar biasa kaya. Dia memang membagi-bagi uang, tapi..sepengetahuan saya tindakan itu tidak pernah dilakukan tanpa mendapat sorotan media," papar Fine.
Walau dianggap menjalankan aksi pencitraan, Sissoko menepis saran pengacaranya dan mengaku bersalah di pengadilan.
Mungkin dia sudah berhitung bahwa pengakuannya ini tidak akan terlalu menimbulkan terlalu banyak pertanyaan atas keuangannya.
Dia dihukum mendekam 43 hari di penjara dan denda US$250.000 yang tentunya dibayar Bank Islam Dubai, tanpa sepengetahuan bank tersebut.
Setelah menjalani setengah dari masa tahanan, Sissoko dibebaskan. Sebagai gantinya, dia menyumbangkan US$1 juta (Rp13,5 miliar) untuk pembangunan rumah singgah bagi kaum gelandangan.
Sissoko memutuskan pulang ke Mali. Di sana dia disambut bagai seorang pahlawan.

Pada masa itulah, auditor Bank Islam Dubai mulai menyadari ada yang tidak beres. Ayoub mulai gugup dan Sissoko berhenti menjawab panggilan telepon.
Akhirnya Ayoub memberi pengakuan ketika ditanya berapa banyak uang yang hilang. Karena terlalu malu, Ayoub menuliskannya di secarik kertas—890 juta dirham atau setara dengan Rp3,2 triliun.
Ayoub dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun atas dakwaan penipuan. Ada gosip yang menyebutkan dia juga dipaksa menjalani ritual tertentu guna menyembuhkan kepercayaannya pada ilmu hitam.
Sissoko tidak pernah dihukum terkait uang Bank Islam Dubai. Pengadilan di Dubai memang menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara, tapi dia tidak berada di kawasan Uni Emirat Arab.
Sementara itu, Interpol merilis surat penahanan dan dia tetap berstatus buronan.
Saya menemukan beberapa dokumen di persidangan lain yang tidak dihadiri Sissoko, termasuk sidang di Paris. Pengacaranya mengklaim dia hanyalah kambing hitam dari aksi Ayoub dan uang dari bank telah mengalir ke tempat lain.
Akan tetapi, pengadilan tidak percaya pengakuan itu dan menjatuhkan vonis bersalah atas kejahatan pencucian uang.

Selama 12 tahun, antara 2002 hingga 2014, Sissoko menjabat sebagai anggota parlemen di Mali yang membuatnya kebal hukum. Lalu, selama empat tahun terakhir, meski tak lagi menjabat anggota parlemen, Sissoko tetap tak tersentuh lantaran Mali tidak punya perjanjian ekstradisi dengan negara lain.
Bagaimanapun, Bank Islam Dubai tetap memburunya melalui pengadilan.

Saya bertolak ke ibu kota Mali, Bamako, untuk mencari seseorang yang bisa bercerita soal Sissoko.
Jejak yang saya telusuri mempertemukan saya dengan penjahit busana langganan Sissoko.
"Terakhir kali saya berjumpa dengannya, dua atau tiga tahun lalu, saya membuat baju untuknya sampai satu koper. Jika dia tidak memberi hadiah, dia tidak gembira. Itu gayanya. Dia suka memberi untuk orang," ujar perempuan itu.
Saya juga bertemu dengan sopirnya, Lukali Ibrahim.
"Hal bagus tentangnya adalah ketika semua berjalan baik, pasti ada banyak hadiah darinya. Dia suka membantu menyelesaikan masalah orang," kata Ibrahim.
"Hal jelek, saya juga bisa katakan. Dia adalah seseorang yang selalu memberi harapan kepada orang. Namun, ketimbang berkata jujur, dia terus memperdaya."
Di pasar, saya berjumpa dengan pengrajin emas yang memuji Sissoko yang sering menelepon dan meminta dibuatkan hadiah untuk teman-temannya.
Saya juga mendengar dia bisa dijumpai di dekat kampung kelahirannya, Dabia, dekat perbatasan Mali degan Guinea dan Senegal.
Setelah lama mengemudi, saya menemukan rumah yang pas dengan keterangan yang saya peroleh.

Tiba-tiba, dikelilingi pengawal bersenjata, Baba Sissoko muncul. Kini, mungkin dia berusia 70 tahun.
Dia sepakat diwawancarai. Suasananya tegang dan sedikit tidak nyata. Dia mulai menceritakan kepada saya kisah hidupnya, dimulai dari saat dia lahir.
"Nama saya Sissoko Foutanga Dit Babani. Anda tahu, pada hari saya lahir, semua desa di sekitar sini terbakar habis. Para penduduk berteriak, 'Marietto melahirkan seorang putra'. Api terus melompat. Dulu di sekitar sini ada banyak semak," papar Sissoko.
Dia kemudian mengutarakan tentang upayanya membangun desa kembali, yang dimulai pada 1985. Sissoko berkisah pula soal uang yang dia hasilkan. Pada suatu ketika dia mengklaim berhasil menggalang US$400 juta (Rp5,4 triliun).

Saya bertanya tentang US$242 juta (Rp3,2 triliun) yang dia terima dari Bank Islam Dubai.
"Nyonya, uang US$242 juta ini, adalah cerita yang sedikit gila. Orang dari bank yang seharusnya menjelaskan bagaimana mereka bisa kehilangan uang sebanyak itu.
"Maksud saya, ini US$242 juta. Bagaimana mungkin uang tersebut berpindah dari bank? Itu masalahnya. Ini bukan satu orang saja (Ayoub) yang punya kewenangan untuk transfer. Ketika bank mentransfer uang, bukan satu orang yang melakukannya. Beberapa orang harus melakukannya," papar Sissoko.
Saya mengutarakan bahwa Mohammed Ayoub dalam keterangan di persidangan mengklaim bahwa Sissoko sengaja mengguna-gunanya.
"Pria yang Anda bicarakan itu, saya pernah melihat dan menemuinya," kata Sissoko.
Namun, membawa kabur uang Rp3,2 triliun serta-merta dia bantah.
"Satu-satunya pertemuan saya dengannya adalah saat saya membeli mobil. Bank membelinya untuk saya dan saya membayar pinjaman. Mobil itu buatan Jepang."
Apakah dia telah mengendalikan orang menggunakan ilmu hitam?
"Nyonya, jika seseorang punya kekuatan semacam itu, untuk apa dia bekerja? Jika Anda punya kekuatan semacam itu, Anda bisa berada di tempat dan merampok semua bank di dunia. Di AS, Prancis, Jerman, semaunya. Bahkan di sini di Afrika. Anda bisa merampok semua bank yang Anda inginkan."
Saya bertanya apakah dia masih kaya.
Jawabannya gamblang.
"Tidak, saya tak lagi kaya. Saya miskin."
Selama 20 tahun Sissoko bisa lolos dari kejaran Interpol, meskipun dia telah menghamburkan uangnya dan tak bisa meninggalkan Mali.