Kisah desa 'membebaskan diri' dari 3.000 bom dan ranjau darat yang ditinggalkan tentara Saddam Hussein dan ISIS di Irak
Dua desa di Irak sempat menjadi 'desa mati' karena memiliki ribuan ranjau darat dan bom yang ditinggalkan tentara Saddam Hussein di era 1980-an
"Kemudian ada satu lagi ranjau yang ditempatkan di depan rumah. Ranjau itu meledak, meninggalkan semacam kawah besar di tanah. Ledakan ranjau menyebabkan tiga orang langsung meninggal dunia," kata Sutton.
Korban tewas adalah dua saudara laki-laki dan suami seorang warga desa bernama Ahlam Hameed, yang sempat berkomunikasi melalui telepon genggam, hanya beberapa saat sebelum ranjau meledak.
- WNI di Raqqa: Yang dipropagandakan ISIS 'semuanya bohong'
- Ritual Yazidi untuk terima lagi perempuan yang menjadi budak seks ISIS
- Budak seks al-Shabab: 'Setiap malam saya dipaksa melayani dua-tiga laki-laki'
"Saya bilang ke saudara saya, 'Hati-hatilah.' Kemudian teleponnya mati. Dua saudara dan suami saya meninggal dunia dalam ledakan ranjau darat," kata Hameed.
Membersihkan ranjau-ranjau darat dari Desa Tullaban adalah salah satu kerja terbesar badan amal MAG.
Sekarang kawasan ini sudah bebas dari ranjau darat.
Membuat warga hidup normal

Organisasi amal MAG didirikan oleh dua bersaudara dari Liverpool. Lembaga ini sekarang beroperasi di 26 negara, dengan tugas utama membersihkan desa-desa dari ranjau.
Harapannya adalah warga bisa kembali ke desa mereka dan membangun lagi kehidupan mereka.
"Kerja-kerja yang kami lakukan membuat warga bisa kembali ke desa-desa mereka. Bisa hidup kembali secara normal. Dengan hidup normal maka akan ada pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi akan mendorong stabilitas politik," kata Jon Brown, direktur MAG.
"Intinya adalah, warga bisa hidup normal, bisa bekerja secara normal, para petani bisa ke ladang-ladang mereka dan anak-anak bisa bersekolah," kata Brown.
Fotografer MAG, Sean Sutton, yang mendokumentasikan pembersihan ranjau di Irak dalam beberapa tahun terakhir mengatakan desa yang bebas ranjau mendatangkan kebahagiaan bagi warganya.
"Sekarang ini, yang kita rasakan adalah kebahagiaan dan kegembiraan. Warga di sini bisa hidup lagi secara normal. Mereka bisa membangun lagi kehidupan mereka," kata Sutton.
"Tadinya hanya ada 30 keluarga di desa ini dan 10 orang di antaranya meninggal dunia akibat ranjau darat. Warga harus menanggung penderitaan akibat ledakan ranjau-ranjau yang jahat ini."